Bagaimana pandangan Alkitab tentang pernikahan sedarah (incest)? Hubungan sedarah yang dimaksud adalah hubungan cinta yang berorientasi seksual kepada salah satu keluarga atau saudara kandung. Misalnya, ayah dengan anak perempuannya, ibu dengan anak laki-lakinya, atau anak dengan saudaranya sendiri.
Incest merupakan salah satu bentuk penyimpangan seksual yang sering terjadi dalam kehidupan bermasyarakat yaitu dalam keluarga. Kini hubungan sedarah lebih luas maknanya bukan hanya sebatas garis lurus berupa keluarga, melainkan saudara tiri.
Apakah Alkitab mengizinkan hubungan sedarah?
Incest menurut sains
Sebelum membahas alasan dari sisi spiritual, penulis akan menjawab dari sudut pandang sains khususnya biologi (genetik). Pada dasarnya manusia memiliki dua sifat gen, yaitu gen dominan dan gen resesif.
Gen resesif erat kaitannya dengan penyakit genetik (walaupun tidak semuanya). Gen resesif biasa disimbolkan dengan huruf kecil ‘a’ sedangkan gen dominan dilambangkan dengan huruf besar ‘A’.
Jika ada dua orang saudara kandung yang memiliki gen yang sama, misal ‘a’ dan ‘a’ maka sang anak akan memiliki gen ‘aa’. Minimnya keragaman DNA atau genetik ini akan sangat mungkin untuk membuat sang anak mengalami cacat lahir.
Cacat lahir seperti asimetri wajah, bibir sumbing, atau kekerdilan, gangguan jantung, beberapa tipe kanker, berat badan lahir rendah, tingkat pertumbuhan lambat, dan kematian neonatal, risikonya juga akan naik.
Jawaban lebih detail mengenai perkawinan sedarah bisa sangat panjang, penulis hanya memberikan gambaran singkat mengenai resiko incest.
Sejarah perkawinan sedarah dalam Alkitab
Semua (mungkin) agama di dunia melarang hubungan sedarah, khususnya Agama Kristen. Lantas, bukankah Adam dan Hawa melakukan hubungan sedarah karena mereka manusia pertama?
Diketahui bahwa Adam dan Hawa mempunyai anak-anak laki-laki dan perempuan selain Kain, Habel, dan Set. Jika hanya ada satu keluarga asli, maka pernikahan mula-mula haruslah antara saudara lelaki dan saudara perempuan.
Pernikahan demikian pada mulanya tidak berbahaya. Waktu jaman Adam dan Hawa, Incest tidak dilarang karena waktu Tuhan menciptakan manusia, Tuhan menciptakan manusia dalam keadaan baik, sehat, sempurna.
Ketika Allah menciptakan Adam dan Hawa, hanya merekalah manusia yang ada. Kitab Kejadian menceritakan asal usul mereka masing-masing yang khas, dan bagaimana mereka diperintahkan untuk berkembang biak dan memenuhi bumi (dengan keturunan mereka).
Sekalipun Adam dan Hawa mempunyai banyak anak laki-lakl dan perempuan, nama-nama yang kita ketahui hanya tiga: Kain, Habel dan Set. Yang tiga ini dibicarakan begitu rinci karena peristiwa-peristiwa penting yang kita perlu ketahui.
Bagaimanakah rupa anak-anak yang lain? Alkitab mengatakan kepada kita bahwa keturunan Adam dan Hawa pergi dan membangun kota-kota. Misalnya, Kain pergi ke tanah Nod bersama istrinya dan membangun sebuah kota (Kejadian 4:16-17), membuat alat-alat musik (Kejadian 4:21), dan mengerjakan logam-logam (pekerjaan pandai besi) (Kejadian 4:22).
Larangan Incest dalam Alkitab
Tuhan beri perintah Taurat kepada Musa. Larangan menikahi saudara kandung diterangkan secara jelas di dalam nas Imamat 20:17, Bila seorang laki-laki mengambil saudaranya perempuan, anak ayahnya atau anak ibunya, dan mereka bersetubuh, maka itu suatu perbuatan sumbang, dan mereka harus dilenyapkan di depan orang-orang sebangsanya; orang itu telah menyingkapkan aurat saudaranya perempuan, maka ia harus menanggung kesalahannya sendiri.
1 Korintus 5:1
Memang orang mendengar, bahwa ada percabulan di antara kamu, dan percabulan yang begitu rupa, seperti yang tidak terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, yaitu bahwa ada orang yang hidup dengan isteri ayahnya.
Sejak pada zaman Musa, Kitab Imamat dan Ulangan, menyebut sanksi nyata terhadap perkawinan antara dua saudara laki-laki – perempuan karena incest digolongkan sebagai zina.
Kitab Suci menunjukkan kepada kita bahwa praktik incest adalah suatu perbuatan cela dan menjadi sandungan bagi masyarakat. Perbuatan itu semata-mata karena kegilaan nafsu manusia tanpa memandang siapa orang itu. Nafsu dan dorongan yang tak teratur ini menutup segala pikiran yang benar dan tidak memandang lagi siapa yang dihadapi.
Dan perbuatan itu bukan hanya tidak berkenan di hadapan manusia tetapi perbuatan itu harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan, yang menyaksikan segala perbuatan kita meski ditempat yang tersembunyi sekalipun.
Hukum gereja juga mempunyai pandangan serupa dengan Alkitab mengenai hubungan sedarah. Jika zaman dahulu hukuman incest sangat berat, bahkan bisa dihukum mati, saat ini selain moralitas manusia meningkat, hubungan incest tidak dilakukan (sepi peminat) karena banyak yang mengetahui resikonya dari sisi sains berupa cacat genetik.
Komentar