Kita tentu tahu sejarah kelam ketika dunia bergejolak akibat perang, sebagaimana peristiwa Perang Dunia I & II yang merenggut puluhan juta nyawa manusia, baik itu orang-orang Kristen maupun non-Kristen.
Jauh sebelum perang fenomenal itu di Alkitab tercatat banyak kisah-kisah soal peperangan antar negara. Perang ini bahkan dipimpin oleh orang-orang pilihan Tuhan, seperti halnya yang dilakukan Raja Daud dan juga Musa.
Tapi disadari atau tidak, belakangan ini orang-orang percaya seolah anti-perang. Lihat saja konflik perang yang terjadi saat ini di negara-negara Timur Tengah, kebanyakan justru melibatkan mereka dari kalangan non-Kristen.
Posisi Kristen yang identik dengan agama pembawa damai dan anti-perang muncul sejak kedatangan Yesus, pribadi yang mengubah arah sejarah perang yang tercatat dalam kisah-kisah di Alkitab. Pengajaran-Nya akan kasih diyakini menjadi alasan kuat bagi sebagian kelompok Kristen dan lembaga gereja untuk cenderung bersikap pasif dan menolak ikut dalam perang.
Sikap ini sangat bertolak belakang dengan keyakinan yang dianut agama berbeda yang justru menilai bahwa berpartisipasi dalam perang adalah salah satu kewajiban agama yang harus dipenuhi. Lalu apakah firman Tuhan dalam Alkitab memang menganjurkan kita sebagai orang percaya memilih menolak ‘perang’ dan memilih ‘cinta damai’ sebagai cara hidup yang dikehendaki Tuhan? Apakah Tuhan benar-benar tidak mewajibkan atau mengijinkan orang Kristen terlibat dalam perang?
Mari menjawab pertanyaan ini lewat 8 ayat Alkitab berikut :
1. Matius 26: 52
Maka kata Yesus kepadanya: “Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang.
2. Pengkhotbah 3: 8
“…ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai.”
3. Matius 5: 9
“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.”
4. Yohanes 18: 36
Jawab Yesus: “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini.”
5. Ulangan 20: 1-4
“Apabila engkau keluar berperang melawan musuhmu, dan engkau melihat kuda dan kereta, yakni tentara yang lebih banyak dari padamu, maka janganlah engkau takut kepadanya, sebab TUHAN, Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir, menyertai engkau. Apabila kamu menghadapi pertempuran, maka seorang imam harus tampil ke depan dan berbicara kepada rakyat, dengan berkata kepada mereka: Dengarlah, hai orang Israel! Kamu sekarang menghadapi pertempuran melawan musuhmu; janganlah lemah hatimu, janganlah takut, janganlah gentar dan janganlah gemetar karena mereka,sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai kamu untuk berperang bagimu melawan musuhmu, dengan maksud memberikan kemenangan kepadamu.
6. Lukas 6: 27-31
“Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu.Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu.Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.
7. Keluaran 20: 13
Jangan membunuh.
8. Yesaya 9: 5-7
Sebab setiap sepatu tentara yang berderap-derap dan setiap jubah yang berlumuran darah akan menjadi umpan api. Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.
Namun sebagai orang-orang percaya yang tahu soal kebenaran, tentu saja kita tidak dianjurkan untuk tinggal diam saja. Sebagaimana Yesus menyampaikan kebenaran kepada orang-orang yang hidup dalam kebencian dan permusuhan, kita juga diminta untuk berani menyuarakan kebenaran dengan kasih, bukan dengan senjata atau bahkan dengan kekerasan. Tuhan ingin kita tidak semakin memperkeruh situasi perang, tapi Dia ingin kita memilih cara berbeda untuk menghentikan perang yaitu menyuarakan kebenaran itu sendiri.