Site icon Persembahan

Arti Diakonia Gereja Reformatif dan Koinonia Marturia

Gereja bukanlah gedungnya. Pernyataan ini cukup familiar bagi kita dan mampu mengubah mindset kita tentang apa itu gereja yang sebenarnya. Bukan soal legalitas sehingga berhasil mendirikan sebuah denominasi tertentu yang tetap dasarnya kepercayaan kepada Kristus, tetapi gereja adalah tentang perkumpulan orang yang sudah percaya Kristus atau suatu komunitas tertentu dimana saja yang mengerjakan kehendak dan kerinduan-Nya. Jadi jika kita memiliki persekutuan di kampus ataupun di suatu lingkungan tertentu seperti rumah/kost, maka itupun disebut pula “gereja”, sekalipun lebih sering kita menyebutnya persekutuan mahasiswa/persekutuan lorong/perkumpulan lingkungan.

Gereja tidak akan bisa berdiri jika tidak ada visi yang ditangkap dan dikerjakan sebagai perintah dari Allah. Jika ada gereja yang tidak mengerjakan visiNya, maka itu bukan gereja, itu hanya sebuah gedung atau hanya sebuah organisasi yang tidak jelas. Visi Allah sangat jelas bagi kita yaitu untuk pergi menjadikan semua bangsa menjadi murid-Nya (Matius 28:19-20) atau dengan kata lain menyatakan kasih Allah melalui pengurbanan Kristus di Kalvari (Markus 16 : 15). Oleh karena visi inilah, sehingga gereja yang berasal dari Bahasa Yunani (Ekklesia) memiliki arti yang dipanggil keluar dari dunia dan menjadi milik Tuhan. Dan oleh karena visi inilah sehingga gereja memiliki tugas yang sangat vital yang harus dikerjakan. Mari kita lihat pengertian diakonia gereja reformatif dan koinonia marturia melalui artikel ini. (Baca juga: Gereja terbesar di dunia)

Arti Diakonia dari Gereja Reformatif

Diakonia berasal dari Bahasa Yunani yaitu diakoneo yang mempunyai arti melayani. Arti melayani yang dikonsepkan Allah melalui Alkitab sangatlah bertentangan dengan arti melayani yang dikonsepkan dunia. Dunia berkata bahwa akan “melayani seseorang jika…”. Artinya jika kondisi kita sedang tidak baik, kita wajar tidak melayani. Atau disaat kondisi kita yang sedang banyak problema, kita wajar hanya memikirkan diri sendiri dan tidak mau ambil bagian atas permasalahan orang lain sehingga arti melayani menurut apa kata dunia ini membuat kita tidak bisa meninggalkan ego kita oleh karena adanya pelayanan bersyarat yang dikerjakan. Sementara arti melayani yang dikatakan oleh Allah, kita memang harus meninggalkan keakuan kita dan bersedia menempatkan kepentingan orang lain di atas kepentingan kita. Efesus 6 : 7 menuliskan :”Dan dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia”. Inilah, beberapa pengertian dari diakonia yang sudah dijelaskan dalam pelayanan sebagai berikut:

Tetapi kita tetap perlu berhati-hati dalam menafsirkan bagian ini. Segala sesuatu yang kita kerjakan seperti untuk Tuhan memang benar adalah pelayanan. Tapi hendaklah kita tak berpikir bahwa dengan kita belajar yang rajin, mengerjakan studi dengan memberi yang terbaik untuk Tuhan, atau bekerja dengan berintegritas, membuat kita merasa sudah melayani Tuhan. Pelayanan adalah pelayanan adanya jika keberadaan kita berdampak bagi orang lain dan orang lain menikmatinya sebagai buah karya dari Kristus melalui kita. Jadi ketika kita melayani tetaplah Kristus yang menjadi puji-pujian bagi setiap orang karena kita yang melayani hanyalah alat-Nya saja sehingga tak layak sedikit pun kita menyombongkannya atau merasa hebat diri. Inilah arti pelayanan yang sebenarnya. Sudahkah kita sebagai tubuh Kristus mengerjakan pelayanan yang seperti ini? Sudahkah kita melayani sesama kita dengan motivasi oleh karena Kristus yang terus setia melayani kita sampai saat ini juga? Dan sudahkah kita melayani orang lain dengan mengerjakannya seperti untuk Tuhan? Kalau belum, masih ada kesempatan bagi kita untuk mengubahkannya. (Baca juga: Menjadi murid Kristus)

Arti dan Peranan Koinonia Dalam Gereja

Pernahkah kita melihat segerombolan semut sedang mencari makan? Apakah mereka bisa disebutkan sedang melakukan koinonia (persekutuan)? Saya berharap kita sependapat untuk mengatakan tidak pada hal ini. Koinonia (bersekutu) tidaklah sama artinya dengan berkumpul-kumpul saja untuk melakukan suatu tujuan tertentu. Koinonia memiliki makna yang lebih dalam perkumpulan. Koinonia bersifat dinamis dan meletakkan dasarnya tetap kepada Firman Allah. Kenapa Gereja harus melakukan koinonia sebagai tugas-Nya? Kita bisa melihatnya langsung dengan Allah kita sendiri. Allah Tritunggal yang terdiri dari 3 Pribadi tetapi tetap satu Allah. Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus pun satu adanya (berkoinonia) sehingga kita pun sebagai umat-Nya jugalah memiliki tugas yang sama, mengikuti teladan dari Allah kita, dan beberapa penjelasannya sebagai berikut:

Marturia (Bersaksi) Dalam Kehidupan Gereja

merupakan tugas kita sebagai gereja-Nya yang sering sekali kita abaikan oleh karena mindset yang salah yang mengira bahwa bersaksi merupakan tugas pendeta atau diaken lainnya. Padahal ini adalah tugas sebagai orang yang sudah ditebus. Apakah yang dimaksud dengan marturia (bersaksi)? Panggilan ini sangat jelas bisa kita lihat di Alkitab seperti di Matius 28 : 19 – 20 dan Markus 16 : 15. Bersaksi yang dimaksud adalah menyatakan akan kasih Kristus yang mau mengosongkan diri-Nya, tidak menganggap kesetaraannya sebagai hak yang harus dipertahankan, melainkan memilih setia dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib, bangkit, dan naik ke surga dan dari surga Ia menawarkan kehidupkan kekal kepada kita yang hanya dapat diterima melalui iman kepada Kristus. Bersaksi tentang Kristus ditujukan kepada seluruh manusia, dalam alkitab sebagai berikut:

Seseorang hanya dapat melaporkan suatu peristiwa atau menjadi saksi dari suatu peristiwa oleh karena ia melihatnya langsung. Begitu pula kita hanya dapat mengerjakan tugas ini jika kita memang benar-benar sudah mengalami kematian dan kebangkitan Kristus dan dipenuhi oleh kasih-Nya. Ibaratnya sebuah gelas. Jika gelas tersebut diisi dengan air maka ketika waktunya sudah penuh, ia tak berhenti mengalir malah ia akan mengalir ke luar untuk mengisi wadah-wadah yang rendah yang ada di sekitarnya. Demikian juga dengan kasih Kristus akan terus kita bagikan melalui kesaksian kita secara perkataan atau perbuatan jika kita terlebih dahulu memang benar-benar sudah dipenuhi oleh kasih-Nya. Kalau kita sendiri belum penuh maka tak akan mungkin bisa mengisi orang lain. Dan sering sekali hambatan kita untuk mengerjakan tugas marturia ini adalah oleh karena karakter kita yang memicu ketakutan yang teramat sangat di dalam bersaksi. Kita kembali lagi ke ilustrasi gelas tadi.

Apakah menurut kita air di dalam gelas tersebut jika sudah penuh dia akan berhenti mengalir oleh karena gagangnya yang patah atau rusak? Atau oleh karena adanya keretakan di bibir gelas? Sekali-kali tidak. Begitu juga dengan kita. Masing-masing orang memiliki kelemahan tersendiri tentunya entah itu dari dalam diri seperti karakter atau dari luar diri. Tetapi kelemahan atau keterbatasan kita janganlah kiranya menghalangi kita mengerjakan tugas kita sebagai saksi-Nya. Karena kalau bukan kita yang sudah percaya ini, siapa lagi yang memberitakan tentang Kristus? Karena kalau bukan kita yang adalah jemaat-Nya atau tubuh-Nya, siapa lagi yang memperkenalkan Kristus kepada mereka yang belum mendengar atau sudah mendengar tetapi belum percaya? Seperti yang dikatakan Paulus dalam kitab Roma 10 : 14 – 15 : “Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia? Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis : “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!”. Ayo, bersaksi bagi Kristus!

Demikian artikel mengenai pengertian diakonia gereja reformatif dan koinonia marturia, semoga artikel ini bermanfaat dalam memberikan wawasan pengertian diakonia gereja reformatif dan koinonia marturia.

Exit mobile version