oleh

Ayat Alkitab Soal Utang

Baik orang dunia maupun orang Kristen gak jauh-jauh dari masalah utang.

Ada saja alasan kenapa seseorang bisa terlilit hutang dan mulai depresi karena memikirkan cara untuk melunasinya.

Ada dua bentuk hutang yaitu hutang tunai dan non-tunai. Dan kebanyakan diantaranya terlilit hutang non-tunai, khususnya kartu kredit.

Tapi ada pertanyaan-pertanyaan yang perlu kita tanyakan, seperti:

  • Apa cara terbaik yang seharusnya orang Kristen lakukan supaya tidak terlibat hutang?
  • Apakah berhutang itu Alkitabiah?
  • Hutang dalam bentuk apa yang diizinkan?
  • Kebiasaan apa yang membuat orang Kristen terjerat dalam hutang?
  • Bagaimana cara mengubah kebiasaan dan terlepas dari lilitan hutang?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, mari merenungkan 10 kutipan ayat Alkitab yang bicara soal hutang dan cara mengelola keuangan yang bijak.

  1. Hutang adalah bentuk perbudakan

Hutang hanya akan menutup setiap aliran pendapatan. Semakin cepat melunasi hutang, semakin baik pula kondisi keuangan pribadi kita.

“Kemudian pergilah perempuan itu memberitahukannya kepada abdi Allah, dan orang ini berkata: “Pergilah, juallah minyak itu, bayarlah hutangmu, dan hiduplah dari lebihnya, engkau serta anak-anakmu.” (2 Raja-raja 4: 7)

“Orang yang tidak berakal budi ialah dia yang membuat persetujuan, yang menjadi penanggung bagi sesamanya.” (Amsal 17: 18)

“Orang kaya menguasai orang miskin, yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi.” (Amsal 22: 7)

Baca ayat pendukung lainnya : Amsal 22: 26-27; Nehemia 5: 3-5; Matius 6: 24; Roma 13: 8-10

  1. Hutang membuat cemas dan mencuri waktu tidur yang nyaman

Hari sabat adalah konsep penting bagi Tuhan. Dia mengkhususkan waktu itu untuk diri-Nya sendiri setelah menciptakan dunia. Hal ini juga berlaku untuk kita.

Tapi kebanyakan dari kita bisa kehilangan istirahat yang baik karena hutang.

Waktu kita berhutang, kita dipaksa kerja lembur, mengambil pekerjaan sampingan dan menghabiskan lebih banyak energi secara emosional untuk lepas dari hutang.

“Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu.” (Pengkhotbah 5: 4)

Bacaan pendukung lainnya: Amsal 3: 5-6; Ulangn 15: 9; Ulangan 15: 1-2

  1. Hutang adalah cara untuk menghabiskan uang

Hutang bisa muncul karena karakter kita yang suka peminjam untuk dihabiskan demi memenuhi kepuasan diri kita. Tentu saja kitab Amsal menyebut kebiasaan ini sebagai kebodohan.

“Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang yang bebal memboroskannya.” (Amsal 21: 20)

Bacaan pendukung lainnya: Amsal 21: 5; Amsal 6: 10-11; Lukas 16: 10

  1. Hutang adalah bagian dari dosa

Tuhan memakai hutang dan janji sebagai metafora untuk dosa.

Secara khusus, Dia memakai metafora jubah sebagai janji atas perlawanan manusia terhadap perintahNya.

Tuhan pun melihat hutang sebagai masalah yang perlu diperbaiki, bukan sebagai peluang untuk dimanfaatkan. Sama seperti pilihan untuk berbuat dosa, pilihan untuk berhutang berperan untuk menjatuhkan seseorang dalam dosa.

“…mereka merebahkan diri di samping setiap mezbah di atas pakaian gadaian orang, dan minum anggur orang-orang yang kena denda di rumah Allah mereka.” (Amos 2: 8)

“…dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami..” (Matius 6: 12)

“…dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib..” (Kolose 2: 14)

Bacaan pendukung lainnya: Lukas 7: 41-50; Roma 6: 23

  1. Hutang membuat seseorang kehilangan potensi

Setiap orang memang punya tanggung jawab atas hidupnya. Entah itu soal keluarga, gereja atau apapun.

Setiap sen hutang, ditambah bunga, hanya akan mengurangi kemampuan untuk mengatasi masalah keuanganmu sendiri. Hal inilah yang menjerat banyak orang jadi pribadi yang gagal sepanjang hidupnya.

“Orang fasik meminjam dan tidak membayar kembali, tetapi orang benar adalah pengasih dan pemurah.” (Mazmur 37: 21)

 “Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya, tetapi kekayaan orang berdosa disimpan bagi orang benar.” (Amsal 13: 22)

“Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman.” (1 Timotius 5: 8)

Bacaan pendukung lainnya: Amsal 22: 3; Amsal 28: 8; Roma 13: 7

  1. Utang membuat seseorang enggan bermurah hati

Pada dasarnya, Tuhan memanggil kita untuk bermurah hati.

Tapi ada saja kondisi tertentu yang menahan kita untuk bermurah hati. Salah satunya adalah rasa kuatir akan pemenuhan kebutuhan kita. Dan yang lainnya adalah karena utang.

Karena itu, semakin cepat seseorang bebas dari utang makin leluasa pula dia mau memberi atau bermurah hati kepada orang lain (baca Maleaki 3: 10; Matius 5: 42; 1 Korintus 16: 2; 1 Yohanes 3: 17)

“Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu..” (Amsal 3: 9)

“Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya.” (Amsal 3: 27)

  1. Utang dalam bentuk kredit dianggap salah

Tahukah kamu kalau transaksi kredit dalam bentuk apapun sebenarnya bertentangan dengan kehendak Tuhan.

Di seluruh Pentateukh, Allah memberikan perintah tentang meminjam dan hari sabat yaitu tak seorangpun diijinkan untuk merampas apa yang dimiliki orang lain karena utang mereka.

Tuhan memberi tahu para pemberi pinjaman kalau tindakan mereka untuk menawarkan pinjaman ke orang lain sangat tidak pantas.

“Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang dari umat-Ku, orang yang miskin di antaramu, maka janganlah engkau berlaku sebagai seorang penagih hutang terhadap dia: janganlah kamu bebankan bunga uang kepadanya. Jika engkau sampai mengambil jubah temanmu sebagai gadai, maka haruslah engkau mengembalikannya kepadanya sebelum matahari terbenam, sebab hanya itu saja penutup tubuhnya, itulah pemalut kulitnya–pakai apakah ia pergi tidur? Maka apabila ia berseru-seru kepada-Ku, Aku akan mendengarkannya, sebab Aku ini pengasih.” (Keluaran 22: 25-27)

“Inilah cara penghapusan itu: setiap orang yang berpiutang harus menghapuskan apa yang dipinjamkannya kepada sesamanya; janganlah ia menagih dari sesamanya atau saudaranya, karena telah dimaklumkan penghapusan hutang demi TUHAN.” (Ulangan 15: 2)

Baca juga ayat pendukung ini: Ulangan 15: 6; Ulangan 23: 20; Mazmur 15: 1-2, 5; Mazmur 112: 5; Amsal 27: 13

  1. Utang hanya bentuk pengkhianatan terhadap kerja keras

Tanyalah kepada para pekerja keras, apakah mereka suka berhutang? Mana jawabannya adalah TIDAK.

Meminjam uang bicara soal pola pikir. Seseorang yang suka meminjam uang harusnya berpikir kenapa orang harus bekerja keras? Jawabannya adalah supaya mereka tidak berhutang. Dalam hal inilah berutang jadi bentuk pengkhianatan terhadap kerja keras.

“Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.” (Amsal 6: 6-8)

“Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya.” (Amsal 10: 4)

Baca ayat pendukung berikut: Amsal 11: 15; Amsal 13: 11; Amsal 14: 23; Amsal 22: 1; Lukas 16: 11; kolose 3: 23

  1. Utang bisa muncul karena iri hati

Salah satu penyebab kenapa seseorang jatuh dalam utang adalah karena iri hati. Saat melihat tetangganya punya mobil, keinginannya untuk punya hal yang sama pun bangkit. Akibatnya, dia memaksa diri untuk punya mobil dengan cara berhutang.

Banyak orang yang berutang demi mengejar status. Dan tanpa sadar hal itu hanya menjerat mereka lebih dalam kepada kemiskinan.

“Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.” (Ibrani 13: 5)

Baca ayat pendukung berikut: Markus 4: 19; 1 Timotius 6: 10; 1 Timotius 6: 6-8

  1. Keinginan untuk berhutang hanya bisa dihindarkan dengan iman

Berutang adalah pilihan yang sangat buruk. Waktu kita percaya kepada Tuhan, Dia akan memadamkan kebutuhan kita akan uang.

Saat kita sudah melekat di dalam Tuhan, akan sangat mudah untuk mengalihkan fokus kita dari uang karena kita lebih percaya kepada janji Tuhan.

“TUHAN akan membuka bagimu perbendaharaan-Nya yang melimpah, yakni langit, untuk memberi hujan bagi tanahmu pada masanya dan memberkati segala pekerjaanmu, sehingga engkau memberi pinjaman kepada banyak bangsa, tetapi engkau sendiri tidak meminta pinjaman.” (Ulangan 28: 12)

“Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia.” (Mazmur 37: 3)

Baca ayat pendukung berikut: Matius 6: 21; Matius 6: 31-33; Lukas 12: 15; Filipi 4: 11-13; Yakobus 4: 13-15

Yuk renungkan ayat-ayat di atas dan alamilah kemenangan finansial dari Tuhan.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed