Dalam Injil Lukas tertulis perintah untuk mengasihi Tuhan dan sesama. Perintah ini adalah jawaban Yesus atas pertanyaan ahli Taurat mengenai bagaimana caranya mendapat hidup kekal dan arti siapa sesama kita.
Nampaknya, ahli Taurat ini sedang mencobai Yesus dengan pertanyaan tersebut. Munculnya pertanyaan tentang “siapa sesamaku manusia?” dilatarbelakangi oleh adanya pemahaman “sesamanya manusia” yang hanya terbatas pada orang Yahudi atau orang yang seagama saja.
Tentu saja pemahaman seperti itu akan membatasi perilaku mengasihi orang di luar ikatan hubungan tertentu. Lantas, apa jawaban Yesus? Kisah ini tertulis dalam ayat berikut:
Lukas 10:25
Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”
Lukas 10:26
Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?”
Lukas 10:27
Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Lukas 10:28
Kata Yesus kepadanya: “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.”
Lukas 10:29
Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: “Dan siapakah sesamaku manusia?”
Lukas 10:30
Jawab Yesus: “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati.
Lukas 10:31
Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.
Lukas 10:32
Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.
Lukas 10:33
Lalu datang seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
Lukas 10:34
Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
Lukas 10:35
Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.
Lukas 10:36
Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?”
Lukas 10:37
Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”
Siapa sesama manusia?
Injil Lukas di atas menunjukan konsep “sesama manusia” dalam arti yang lebih luas tanpa dibatasi ikatan apapun, bahkan jika keduanya saling memusuhi. Jadi diharapkan kita semua bisa mengasihi siapa saja layaknya mengasihi diri sendiri.
Hal ini akan mempererat tali persaudaraan, bahkan menciptakan kerukunan dan persatuan bangsa kita. Pada Injil Lukas juga ditonjolkan sikap Yesus yang begitu peduli terhadap orang lain tanpa memandang statusnya.
Di masa sekarang, ada ungkapan “tak kenal, maka tak sayang” yang artinya orang-orang yang saling mengenal akan saling menyayangi, jika tidak kenal, maka tidak akan disayang. Ungkapan ini membatasi perilaku saling mengasihi sesama manusia.
Lebih detail lagi, ternyata Injil Lukas 10:25 – 37 relevan dengan semboyan bangsa kita, yakni Bhineka Tunggal Ika, yang artinya meskipun beranekaragam, tetapi pada hakekatnya bangsa Indonesia adalah satu.
Penulis Injil Lukas berharap kepada kita semua agar menyadari pentingnya melakukan ajaran/pesan yang Yesus sampaikan. Karenanya, kita sebagai umat kristiani mempraktekan imannya dengan senang hati sekaligus cinta kasih bagi sesama.
Bagaimana cara memperoleh hidup yang kekal?
Seorang ahli Taurat itu bertanya kepada Yesus, “Guru, apa yang harus aku perbuat untukmemperoleh hidup yang kekal?”. Yang dimaksud hidup kekal dalam kasus ini adalah keselamatan di dalam kehidupan dengan Allah pada saat ini dan yang akan datang, yaitu hidup yang sejati.
Di sini istilah “hidup kekal” ingin memperlihatkan kepada Teofilus, bahwa hidup kekal hanya diperoleh dari Allah dan hidup kekal adalah hidup di dalam Roh bersama dengan Allah, yaitu suatu hidup di dalam keselamatan yang dinyatakan di dalam kehidupan kini.
Yakobus 2:17
Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.
Kemudia Yesus menjawabnya dengan sebuah pertanyaan “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?”
Ahli Taurat itu menggabungkan Ulangan 6: 5 (mengasihi Tuhan Allah) dan Imamat 19: 18 (mengasihi sesama manusia) dengan alasan inilah ini dari hukum Taurat.
Yesus membenarkan jawaban ahli Taurat itu. Itu sebabnya, Yesus berkata kepada ahli Taurat itu, “perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup”.
Makna teologis dari sesama manusia adalah pernyataan kasih Tuhan kepada manusia. Menurut Injil Lukas, Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan seluruh bangsa, Ia datang ke dunia karena Allah mengasihi dunia supaya tiap orang yang percaya kepada-Nya tidak bisana, melainkan memperoleh hidup yang kekal.
Yohanes 3:16
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Renungan Injil Lukas diharapkan kita bisa menjalankan ataupun berlaku baik kepada sesama manusia tanpa harus bertanya, orang mana dan agamanya apa. Kasih Tuhan tidak memandang hal yang demikian.