Dahulu pernah dikenal ucapan ‘Christianus alter Christus’ (The Christian is another Christ). Ada juga sebutan untuk Paus: ‘Vicar of Christ’, wakil Kristus, yang kita yakini bahwa panggilan seperti itu berlaku juga untuk semua orang percaya, karena sebenarnya mereka punya kewajiban sebagai wakil Kristus untuk membawakan Injil kepada orang lain.
Sekarang diantara orang Kristen lebih populer sebutan ‘Anak Raja’ atau ‘Orang Pilihan’, dengan disertai keyakinan adanya ‘hak istimewa’ pemberian Allah, sehingga ‘tidaklah berlebihan’ kalau timbul klaim-klaim yang sering diucapkan untuk menuntut ‘bagian yang sudah dijanjikan’, seperti hidup berkecukupan, perlindungan dari bahaya dan sebagainya. Tetapi kenyataan yang dihadapi oleh kaum terpilih ini justru kerap kali menimbulkan tanda-tanya, sebab dari apa yang dilihat orang, keadaan mereka dianggap tidak menunjang keberadaan seorang anak raja, soalnya hidup mereka banyak yang susah, apalagi dimasa jarahan, posisi mereka seperti kaum lemah yang tidak berdaya, jauh dari gambaran ‘Bangsa Pilihan’ pada Perjanjian Lama yang penuh dengan kekuatan dari Allah, sehingga dimana saja langkah-langkahnya menimbulkan kegentaran bagi semua bangsa.
Kemungkinan anda sudah bertahun-tahun berdoa dengan permintaan yang paling sederhana, yaitu hanya untuk hidup tenang, tetapi Tuhan sepertinya masih diam, sedangkan masalah-masalah selalu ada saja yang datangnya bergantian. Dan ketika anda mengeluh dengan menceritakan serentetan kesulitan anda, maka teman anda menjawab: “Ah, jangan-jangan kamu kurang berdoa, tetapi kesulitanmu tidak seberapa dibandingkan dengan penderitaan Ayub”.
Mungkin anda seorang yang sudah mapan, punya rumah, kalau mau tinggal dengan resmi bisa memilih tempat dari tiga negara, punya ’license’ untuk bekerja dengan kemungkinan gaji yang memadai, cuma sayangnya keadaan telah ‘memaksa’ anda untuk mengalah, tinggal dirumah demi masa depan anak-anak, padahal, rasa penghargaan dari anak-anak tidak seperti yang anda harapkan. Mereka hormat sih hormat, tapi dengan cara Barat yang sulit untuk anda cerna.
Atau mungkin anda seorang yang telah mengorbankan banyak waktu untuk pelayanan, menyalurkan sejumlah uang lebih dari penghasilan anda selama sebulan kepada saudara dan orang lain yang menjadi korban krisis moneter. Anda telah mengurangi waktu bersama keluarga dan melupakan hobi selama beberapa tahun, semua ini anda lakukan karena takut akan Allah dan rasa syukur atas pemeliharaanNya, tetapi secara sefihak teman dekat anda mengatakan bahwa tindakan anda semata-mata karena ambisi.
Mungkin anda pernah melakukan kesalahan, kemudian anda bertobat, memberikan ganti kepada semua orang-orang yang pernah anda rugikan lebih dari yang anda peroleh, kehidupan lama sudah berubah, dengan air mata dan permohonan ampun didalam segala ketulusan hati anda memanjatkan doa kepada Allah, tetapi tetap saja teman-teman anda tidak percaya.
Atau mungkin anda punya kesadaran untuk menjadi seorang kristen yang baik, setiap hari anda membaca Alkitab, banyak berdoa, tetapi selalu gagal dalam menghadapi cobaan. Anda menangis dan menyesali perbuatan anda, tetapi belum sampai penyesalan itu hilang, datangnya cobaan baru terlalu kuat untuk tidak diikuti. Anda menuduh orang lain tidak memiliki kasih, padahal didalam kesadaran anda mengerti bahwa kasih anda memang lebih tipis. Anda cemas dan putus asa, tetapi tidak tahu bagaimana mendisiplin diri. Anda masih terus mencari.
Mungkin anda hidup disebuah lembah hijau di pinggir Sungai Kapuas di Kalimantan, hidup terpisah dari kebisingan dunia luar, cukup makan, tidak perlu kuatir kekurangan protein sebab ikan dengan mudahnya dapat diambil dari kali didepan rumah, tidak pernah mengunci pintu sebab memang pintu rumah tidak ada kuncinya, tempat anda memang aman dan damai. Penginjilan telah masuk kedaerah anda, tetapi ketika belum lama dikampung anda diadakan kebaktian pembaptisan, tiba-tiba saja ketenangan anda terusik karena ulah para HPH yang membakar hutan disekitar perkampungan anda. Tanaman padi diladang habis terbakar, nafas terasa sesak, dan kalau ini belum cukup, seolah-olah surga ikut bergabung dengan memberi kemarau panjang.
Sewaktu anda sedang merenungi kegetiran hidup, ditengah kecamuk yang bercampur-aduk itu, muncul sebuah pertanyaan: Mengapa hal ini diizinkan Tuhan ?
Kesulitan dapat terjadi karena memang dunia sudah jatuh kedalam dosa, kesukaran mungkin saja menimpa orang kristen atau bukan kristen. Bencana juga dapat terjadi karena alam, seperti gempa bumi, banjir besar dan lain-lain. Kesengsaraan juga mungkin terjadi karena ulah kita sendiri atau karena kita ‘dikerjain’ oleh orang lain, bahkan kadang-kadang oleh ‘teman seiman’ yang tamak. Bahkan bukan tidak mungkin bahwa kesukaran juga merupakan dari bagian rencana Allah yang bekerja untuk kebaikan bagi orang yang mengenalNya. Dan akhirnya, sistem pemerintahan yang salah, berada pada tempat dan saat yang tidak tepat, juga dapat menjadi sebab kesukaran.
Ayub orang benar itu, mengalami peristiwa yang datangnya beruntun, mula-mula lembu dan keledainya dirampas, penjaga-penjaga ladangnya dibunuh orang Syeba, kemudian kambing domba dan penjaga-penjaganya habis terbakar, orang-orang Kasdim merampas unta-untanya, dan anak-anaknya mati tertimpa rumah, akhirnya dia sendiri menderita barah yang busuk disekujur tubuhnya. Kalau index Holmes dan Rahe dipakai, tentunya Ayub sudah mendapat angka tinggi dan setidaknya dia jadi gila.
Didalam I Samuel 18 dan seterusnya, Daud mengalami pengejaran Saul, mertuanya sendiri. Ketika Daud sedang memainkan kecapi, dua kali dilempar tombak oleh Saul, Daud menyingkir, kemudian untuk sementara Saul reda kemarahannya, tetapi segera niat jahatnya kambuh lagi, Daud melarikan diri ke Nob, kemudian ke Gat, kegua Adulum, Kehila, padang gurun Zif, dan di gurun En-Gedi ketika Saul tertidur, Daud mendapat kesempatan untuk membunuh pemburunya tetapi Daud tidak membalas kejahatan Saul dengan dendam. Hal ini memadamkan kemarahan Saul sejenak, tetapi dalam waktu singkat, perburuan terhadap Daud dilanjutkan kembali. Melewati semua kesulitan ini, melalui timbul tenggelam dalam ketakutan, toh Daud keluar sebagai pemenang.
Banyak lagi contoh-contoh lain memperlihatkan kemampuan seseorang menanggung prahara beban hidup yang begitu berat, dan kalau diamati, mereka-mereka itu ternyata punya persamaan, yaitu senantiasa berpegang kepada Allah. Perhatikan Daud, ditengah-tengah kesulitannya Daud menulis: ” TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut ? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar ? Ketika penjahat-penjahat menyerang aku untuk memakan dagingku, yakni semua lawanku dan musuhku, mereka sendirilah yang tergelincir dan jatuh.” (Mazmur 27:1,2)
Salah seorang sahabat saya sedang mengalami kesulitan, tetapi yang indah dari keluarga ini adalah, ditengah gejolak yang sedang berlangsung, mereka masih bisa memberikan kata-kata pendorong kepada orang lain. Bukankah ini jauh lebih baik dari pada merenungkan ‘kemungkinan-kemungkinan’ pengalaman pahit diatas, atau melampiaskan kedongkolan hati kepada sasaran yang keliru. Saya yakin kesanggupan sahabat saya itu dimungkinkan karena dekatnya hubungan pribadi kepada Allah. Seperti halnya dengan seorang anak yang beberapa waktu yang lewat terbaring disebuah rumah sakit karena kanker yang tidak terobati, sementara kedua orang tuanya menunggu dengan isak tangis pada saat-saat hari akhirnya, anak itu berkata: ” Mama, jangan menangis, saya mau pergi menemui Tuhan Yesus”.
Kekecewaan anda mungkin berbeda, dari penyakit, masa depan yang tidak jelas, pertengkaran didalam keluarga, sampai kepada tekanan-tekanan dari orang lain, tetapi pada saat-saat gelombang terjadi, kita sedang diuji, tindakan atau kata-kata yang keluar dari seseorang akan menunjukkan seberapa jauh dekat dia kepada Tuhan, kekecewaan anda mungkin setinggi gunung, tetapi jangan biarkan berlanjut, sebab Alkitab memberikan ratusan janji-janji yang perlu digali, kasih Allah sangat lebar, luas dan begitu dalam. Kepada mereka yang takut ada Mazmur 23, mereka yang frustrasi Tuhan memberikan penghiburan melalui Filipi 4:6-7, pada masa penganiayaan: Ibrani 10:32-36, didalam kekecewaan, Mazmur 31:25 dan seterusnya. Allah tidak pernah melupakan janji kepada anak-anakNya, kepada ‘Vicar of Christ’, sebab ‘Christianus alter Christus’ , ini saja yang perlu kita pegang, sambil menunjukkan kepada dunia kenyataan dari status kita.
Komentar