Renungan Kristen tentang syukur wisuda. Kelulsan pada saat TK, SD, SMP, SMA, atau kuliah merupakan hal yang patut disyukuri. Salah satunya adalah dengan membaca doa ucapan syukur kristen dengan bahasa yang tulus dan baik.
Saat menjalani wisuda di sekolah, kampus, atau universitas. Tak jarang para keluarga besar, kekasih, maupun kerabat dekat datang berkunjung semata-mata hanya untuk merayakannya. Kesuksesan atas kelulusan tersebut memang layak dirayakan setelah kita berjuang keras pada saat ujian.
Namun tak hanya soal kehidupan, keberhasilan akan wisuda juga harus kita yakini bahwa itu semua berasal dari Tuhan Yesus Kristus. Tanpa pertolongannya, kita tidak bisa mendapatkan hari yang menggembirakan ini.
Maka dari itu, pada kesempatan ini kami ingin berbagi beberapa renungan rohani Kristen pada saat wisuda atau kelulusan agar kita semua semakin memahami bahwa kesuksesan yang kita raih merupakan berkat dan penyertaan dari Tuhan Yesus. Silahkan disimak.
Hati yang Berlimpah Ucapan Syukur
“Persembahkanlah syukur sebagai korban kepada Allah dan bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi!” Mazmur 50:14.
Kapan Anda mempersembahkan syukur kepada Tuhan? Banyak orang Kristen yagn bersyukur kepada-Nya di saat-saat tertentu, yaitu ketika segala sesuatu berjalan baik, menerima berkat, kesembuhan, mukjizat, dan semacamnya. Sikap mereka langsung berubah begitu menghadapi permasalahan. Jangankan bersyukur, berdoa saja rasanya sudah malas.
Ucapan syukur adalah sebuah kata benda abstrak yagn secara garis besar memiliki makna berterima kasih kepada Tuhan, menyenangkan Tuhan, dan sadar akan kebaikan dari Tuhan. Inilah sikap hati yang harus dikembangkan dalam hidup orang percaya.
“Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.” (Ibrani 13:15).
“Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.” (Habakuk 3:17-18).
Sesungguhnya situasi atau keadaan tidak mendukung sama sekali untuk mengucap syukur, namun Habakuk tak dikalahkan oleh keadaan yagn ada, dia tetap bisa mengucap syukur. Inilah yang dinamakan korban syukur.
Umumnya, ketika dalam masalah atau kesesakan, tidak ada korban syukur yang kita persembahkan kepada Tuhan. Yang ada hanyalah sungut dan omelan seperti yang biasa dilakukan orang Israel di padang gurun.
Maka dari itu, sebagian besar umat Israel mengalami kebinasaan di padang gurun sebelum mencapai Kanaan. Ketahuilah bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan dalam hidup kita, bahkan sehelai rambut pun jatuh adalah seizin Tuhan.
“…betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus,” (Efesus 3:18).
Berkat Tuhan adalah Pasti
“memberkati orang-orang yang takut akan TUHAN, baik yang kecil maupun yang besar.” Mazmur 115:13.
Berkat merupakan topik menarik dan menjadi pusat prehatian orang Kristen. Siapa pun tak ada yang menolak berkat dari Tuhan karena berkat adalah sesuatu yang selalu ditunggu dan diharapkan. Bagi orang percaya, berkat Tuhan adalah sesuatu yang pasti.
Pemazmur memberikan kuncinya, yaitu takut akan Tuhan untuk mengalami berkat-Nya. Bicara tentang berkat bukan berarti menggiring Tuhan akan terbebas dari masalah dan persoalan, bukan berarti di depan kita tidak akan ada tantangan, dan bukan berarti kita akan melihat langit selalu biru. Hal ini yang tidak banyak dipahami orang Kristen. Kebanyakan hanya menuntut berkat namun tak mau mengikuti jalan Tuhan.
“Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya.” (Mazmur 25:10).
Berkat Tuhan adalah pasti bagi orang yang takut akan Dia. Berkat Tuhan juga akan pasti bagi orang yang melakukan sesuatu bagi Tuhan atau bekerja bagi Dia.
“Supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa.” (Mazmur 67:3). Mengapa kita harus bekerja? “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.” (Yohanes 5:17).
Bila Bapa dan Tuhan Yesus saja bekerja sampai sekarang, apakah kita hanya berpangku tangan dan bermalas-malasan?
“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” (Eesus 2:10).
Orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang mau berjalan dalam tuntunan Tuhan. Yaitu orang yang memiliki keberanian untuk tunduk sepenuhnya kepada kehendak Tuhan, apapun keadaannya. Tuhan Yesus tunduk sepenuhnya kepada-Nya.
“…janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” (Matius 26:39).
Untuk menikmati berkat Tuhan, tak ada jalan lain, kita hanya harus hidup takut akan Tuhan dan mengikuti jalan-Nya.
“Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku.” Mazmur 25:4.