oleh

Renungan Kristen Tentang Pendidikan dan Agar Selalu Semangat Belajar

Renungan rohani tentang pendidikan. Belajar merupakan sebuah kewajiban bagi umat manusia, tak hanya bagi orang Kristen saja, melainkan juga orang-orang dari agama lainnya di dunia ini juga perlu mendalami sebuah ilmu dan menuntut pendidikan.

Tujuan berpendidikan adalah agar kita bisa menjadi manusia yang mengerti mana yang baik dan mana yang salah. Dalam konteks beragama Kristen, menjadi orang yang berpendidikan bukan saja hanya untuk kita agar bisa memahami baik dan salah, melainkan juga lebih mengerti bahwa Tuhan itu nyata.

Tanpa adanya pengetahuan, kita tak akan pernah mengenal Tuhan. Tanpa pengetahuan juga kita tidak akan pernah mengetahui bahwa segala apa yang ada di dunia ini merupakan ciptaan Bapa yang dianugerahkan kepada kita untuk kita kelola.

Saat mengawali atau mengakhiri pelajaran, baik di sekolah ataupun pendidikan non formal di luar sekolah, kita dianjurkan untuk memanjatkan doa, yaitu doa sebelum dan sesudah belajar kristen. Melalui doa ini, Tuhan akan membantu kita untuk dapat lebih fokus memahami materi pelajaran.

Pentingnya pendidikan, mungkin sebagian orang masih mengabaikannya dan lebih memilih bekerja saja dibanding terus menerus menuntut ilmu. Padahal pendidikan itu sama pentingnya dengan pekerjaan. Di bawah ini kami akan berbagi kumpulan renungan kristen tentang pentingnya pendidikan. Silahkan disimak.

Keluarga Pembentuk Karakter

“Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.” 2 Timotius 3:15.

Sebagai lembaga atau unit masyarakat terkecil, keluarga punya peran yang sangat penting bagi pertumbuhan generasi bangsa. Di dalam keluarga terbangun suatu persekutuan karib yang terikat hubungan darah, yaitu ayah, ibu, dan anak.

Kebedaraan keluarga penting karena berawal dari kelarga inilah nilai-nilai moral dan peran positif dikembangkan dan dipraktekkan secara terus menerus dari hari ke hari sehingga dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan faktor penentu karakter seseorang.

Kadang, orangtua hanya bisa memanjakan anaknya dengan materi atau memenuhi kebutuhan jasmaninya. orangtua yang mampu rela mengeluarkan dana besar demi memberi pendidikan intelektual kepada anaknya, bahkan sampai menyekolahkan mereka ke luar negeri. Namun ada beberapa orangtua yang lupa memberikan pendidikan rohani kepada anak-anak-Nya.

Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” (Ulangan 6:5-7).

Tuhan menghendaki orangtua untuk memberikan pelajarankepada anak-anaknya mengenai nilai kebenaran firman Tuhan secara berulang-uang. Maka dari itu, orangtua harus membekali iman anak-anak sejak dini supaya mereka tumbuh menjadi pribadi yang takut akan Tuhan.

“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2 Timotius 3:16).

Tak Berhak Menghakimi Orang Lain

“Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” Matius 7:2.

Tidak harus menempuh pendidikan formal yang tinggi bagi seseorang untuk melihat kelemahan, kekurangan, atau kesalahan orang lain. Semua orang sangat mudah melihat dosa, kesalahan, dan kekurangan orang lain. Sebaliknya, kekurangan dan dosa sendiri justru sulit kita lihat.

“Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?” (Matius 7:3).

Saat ada saudara seiman kita yang jatuh dalam dosa, ketika ada hamba Tuhan besar jatuh karena terlibat skandal, kita langsung ribut memperbincangkannya, seolah kita adalah orang paling suci dan tak pernah melakukan perbuatan salah.

Saat ada saudara yang mengalami pergumulan berat, sakit yang tak kunjung sembuh, kita langsung menghakiminya karena banyak dosa. Lalu, adakah orang yang luput dari kesalahan? Manusia yang sempurna, bahkan hamba Tuhan besar yang sudah diurai Tuhan dan diperlengkapi dengan berbagai karunia pun tak luput dari kesalahan sertaa kekurangan.

“Karena itu janganlah kita saling menghakimi lagi! Tetapi lebih baik kamu menganut pandangan ini: Jangan kita membuat saudara kita jatuh atau tersandung!” (Roma 14:13).

Ada banyak firman Tuhan yang mengingatkan kita untuk terus bersabar, menahan emosi, dan tidak mudah menghakimi orang lain, sebab hal ini akan tampak seperti kita yang merupakan orang jahat di mata Tuhan.

Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?” (Yakobus 4:12).

Bila saat ini kita masih merasa sebagai orang yang paling benar, dan memandang orang lain sebagai pihak yang salah, segeralah bertobat.

“Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.” (Matius 7:1).

Bila ada saudara kita yang lemah, ini adalah kesempatan bagi kita untuk menunjukkan kasih seperti memperhatikannya, menguatkan dia, dan jangan justru malah menjadi hakim atas hidupnya.

“Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain.” Galatia 6:4.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed