Halloween memang tidak terlalu populer di negara-negara Asia, terlebih di Indonesia. Hari libur yang jatuh pada tanggal 31 Oktober ini banyak dirayakan di negara-negara Barat. Banyak anak-anak dan bahkan orang dewasa yang antusias menyambut hari Halloween. Mereka mengenakan kostum dan mengadakan pesta meriah. Bagi anak-anak, momen yang ditunggu-tunggu mungkin ketika mereka mengetuk pintu rumah setiap orang dan mengatakan trick or treat untuk mendapat manisan yang enak. Tradisi ini terdengar menyenangkan, namun apakah perayaan Halloween diperbolehkan bagi orang Kristen? Apa ini ada hubungannya dengan ciri-ciri ajaran gnostik?
Sejarah Perayaan Halloween
Sebelum membahas tentang bolehkah orang Kristen merayakan Halloween, akan lebih bijak jika terlebih dahulu mempelajari tentang sejarah perayaannya. Secara harfiah, Halloween berarti satu hari sebelum Hari Raya Semua Orang Kudus (All Hallows Day) yang jatuh pada tanggal 1 November. Perayaan ini berawal dari festival musim panen bangsa Celtic kuno. Asal muasal perayaan Halloween yang kita kenal saat ini berasal dari Inggris, Irlandia dan Perancis Utara lebih dari 1900an tahun yang lalu. Bangsa Celtic lah yang merayakannya sebagai perayaan tahun baru. Mereka menyebutnya Samhain yang jatuh pada tanggal 1 November. Pendeta Celtic (Druid) menganggap Halloween sebagai hari libur terbesar dan ketika itu, jiwa orang mati bercampur dengan jiwa-jiwa orang yang masih hidup.
Ketika St. Patrick dan misionaris-misionaris lainnya tiba di wilayah bangsa Celtic, kepopuleran Halloween mulai memudar. Banyak penduduk yang mulai berpindah keyakinan menjadi Kristen. Akan tetapi, bukannya menghilangkan tradisi ini, gereja justru menggunakan perayaan Halloween atau Samhain untuk mengakrabkan Paganisme dan Kristen. Ini membuat pemindahan kepercayaan menjadi lebih mudah. Kepercayaan lain akan Halloween menurut bangsa Celtic adalah iblis, penyihir dan roh jahat lainnya bebas berkeliaran di dunia dan menyambut “musim mereka” ini. Para iblis bahkan bersenang-senang dengan menyakiti dan menakuti manusia pada malam itu. Satu-satunya cara bagi manusia untuk menghindar dari tindakan kejam mereka adalah dengan memberi para iblis itu permen atau dengan menyamar seperti mereka dan ikut berkeliaran.
Bolehkah Orang Kristen Merayakan Halloween?
Berdasarkan pemaparan di atas dapat diketahui bahwa perayaan Halloween dekat dengan tradisi Pagan dan dunia sihir. Kesan Halloween seolah-olah menunjukkan kejahatan yang bisa menang melawan kebaikan. Ini tentu berlawanan dengan kepercayaan Kristen yang menganggap Kristen sebagai cahaya di dalam kegelapan. Alkitab memang tidak secara gamblang menjelaskan mengenai perayaan ini, seperti pada ayat Alkitab tentang memberitakan Injil, ayat Alkitab tentang bersumpah, memukul anak menurut Alkitab dan yang lainnya. Namun sebelum merayakan Halloween, pikirkanlah dulu tentang dampak positif dari perayaan itu. Apakah perayaan itu mengandung kebaikan? Atau justru sebailiknya?
Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu (Filipi 4:8).
Meskipun perayaan Halloween masih abu-abu, satu hal yang pasti bahwa Halloween dekat dengan praktek sihir Pagan dan Tuhan benci praktek perdukunan maupun sihir.
Apabila seorang laki-laki atau perempuan dirasuk arwah atau roh peramal, pastilah mereka dihukum mati, yakni mereka harus dilontari dengan batu dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri (Imamat 20:27).
Demikianlah penjelasan mengenai bolehkah orang Kristen merayakan Halloween. Perayaan Halloween memang masih berada di wilayah abu-abu, tidak sejelas ayat Alkitab untuk ulang tahun. Jika memang tidak yakin dengan dampak positifnya, lebih baik dihindari. Akan tetapi jika kita sulit untuk menghindarinya, ada baiknya kita menyesuaikan dengan nilai-nilai Kristen, seperti mengganti kostum yang menakutkan dengan yang lebih bersahabat.
Komentar