oleh

Bolehkah Kristen Mempelajari Filsafat?

Apa itu filsafat? Menurut Wikipedia, filsafat adalah kajian masalah mendasar dan umum tentang persoalan seperti eksistensi, pengetahuan, nilai, akal, pikiran, dan bahasa. Istilah ini kemungkinan pertama kali diungkapkan oleh Pythagoras.

Pengertian lain menyebut filsafat adalah pengetahuan serta penyelidikan dengan didasari ilmu, akal-budi mengenai sebab akibat segala sesuatu yang terjadi. Lebih sederhana, ilmu ini digunakan untuk “meragukan” sesuatu dan kemudian mencari kebenaran yang didasari ilmu pengetahuan.

Akan tetapi, ilmu filsafat sering ditolak bahkan diharamkan oleh agamawan. Mengapa demikian? Karena klaim ilmu agama didasari oleh iman (kepercayaan), sedangkan filsafat didasari oleh keraguan (menyangkal sesuatu), jadi bisa dibilang bahwa keduanya bertentangan.

Bayangkan saja, apa yang terjadi jika seseorang yang sejak dilahirkan sudah diarahkan untuk mempercayai (mengimani) semua klaim agama yang dia anut, kemudian orang tersebut diajari cara menggunakan akal dan dilatih untuk mengkritisi segala sesuatu yang tidak berdasar dan tidak memiliki landasan empiris. Bisa jadi orang tersebut lama-kelamaan akan meragukan kepercayaannya (agama).

Bukti empiris adalah suatu sumber pengetahuan yang diperoleh dari observasi atau percobaan.

Bisa dibayangkan bahwa orang yang meragukan agamanya akan murtad, keluar dari kepercayaan tersebut. Secara kasarnya, jika semakin banyak orang yang keluar dari agama maka agamawan/pemimpin agama akan kehilangan pengaruhnya. Bisa jadi dia kehilangan pekerjaan karena umatnya yang kian sedikit.

Pengharaman ilmu filsafat oleh kalanngan agamis sedikitnya memiliki dua alasan: religius dan social. Secara religious agar umat tidak meragukan ajaran agama yang dianutnya. Secara social, pengharaman filsafat bertujuan agar para elit agama tidak kehilangan pengaruh dan hegemoni.

Berfilsafat merupakan sikap ingin tahu terhadap apa saja. Berfilsafat berarti adanya dorongan yang timbul dalam diri kita untuk mengetahui apa yang telah kita ketahui dan apa yang belum kita ketahui. Berfilsafat berarti mengoreksi diri secara terus terang tentang seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah dijangkau.

Bagaimana Pandangan Kristen Mengenai Filsafat?

Bidang studi filsafat berhubungan dengan penggunaan argumen yang logis serta pikiran kritis untuk menganalisa cara pikir, sudut pandang, dan pengetahuan mereka tentang dunia di sekeliling mereka – baik dunia jasmani sekaligus ide-ide abstrak.

Di sisi lain, umat Kristen percaya bahwa semua pertanyaan kehidupan mampu dijawab oleh Alkitab. Lantas, apa kita dibolehkan mempelajari Filsafat? Tentu saja, ilmu ini adalah bidang yang menarik dan akan menambah wawasan kita.

Lagipula ada beberapa kitab yang isinya cenderung folosofis dan jika salah mengartikannya justru membuat kita melenceng dari agama. Martin Luther dengan tajam membagi penggunaan filsafat sebagai magisterial dan ministerial.

  • Magisterial, filsafat diprakarsai menjadi titik tolak, sekaligus tolak ukurkebenaran teologi. Otoritas diletakkan kepada filsafat itu sendiri.
  • Sementara filsafat secara ministerial menundukkan dirinya pada otoritas kebenaran dari wahyu Allah. Apabila filsafat dipegang sebagai ministerial maka sejatinya asumsi-asumsi dari filsafat yang bertentangan dengan wahyu wajib dilepaskan dan dibuang jauh-jauh. Sekalipun asumsi-asumsi tersebut dibuang, mekanisme dari filsafat tersebut dapat dipergunakan sebagai alatteologi.

Contoh paling umum mungkin adalah penggunaan logika di dalam teologi. Di mana logika itu sendiri merupakan penemuan dari Aristoteles, yang jelas merupakan bapak dari Empirisisme, baginya pemikiran filsafati itu bukan hanya menjelaskan hal-hal yang konseptual, tetapi acapkali justru dimulai dengan mempertanyakan hal-hal yang fundamental,yang mendasar dari pengalaman dan keberadaan manusia. Mekanisme pemikiran dari filsafat dapat digunakan, tanpa mengambil asumsi-asumsi dari mereka.

Dalam sisi pertama, ilmu filsafat tidak akan membahayakan keimanan karena ia sebagai cara untuk memahami konsep manusia dan mempelajari cara berfikir kritis. Di sisi lain, jika seseorang tidka menerima khodratnya sebagaimana tertulis dalam Alkitab, filsafat bisa jadi tuntunan nalar manusia sebagai sumber hikmat yang terbaik.

Namun, ketika seseorang mempercayai logika mereka sepenuhnya dalam mencari kebenaran, mereka akan menyimpang dari agama.

Filsafat sebagai bidang pelajaran hanya sebuah alat – yang dapat digunakan untuk membangun argumen yang indah dan mencerahkan berdasarkan pewahyuan Allah yang benar, atau sebaliknya digunakan untuk membingungkan pikiran orang yang mempercayai dirinya sendiri dibanding sang Penciptanya.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed