oleh

Renungan Kristen Tentang Kejujuran

Renugan rohani kristen tentang kejujuran. Setiap orang harus bersikap jujur dalam keadaan apapun. Saat berada pada kondisi terdesak sekalipun, seseorang tak diperkenankan untuk berbohong.

Mengapa bohong sangat ditentang? Sebab dengan kebohongan, hal yang baik akan menjadi buruk dan hal yang buruk akan menjadi semakin buruk. Ada istilah berbohong demi kebaikan, hal itu memang benar namun Anda harus memperhatikan situasi dan kondisi.

Jangan hanya karena ada pepatah tersebut Anda mengira bebas melakukan kebohongan kepada siapa saja. Anda tetap harus memperhatikan konsekuensinya apakah kebohongan yang dilakukan akan menyebabkan kondisi membaik atau justru memburuk.

Pada kesempatan kali ini kami ingin membagikan beberapa renungan harian rohani Kristen tentang kejujuran. Renungan yang akan kami bagikan di bawah ini diambil dari berbagai sumber termasuk ayat emas Alkitab.

Mudah-mudahan dengan adanya renungan ini kita bisa menjadi semakin paham makna pentingnya berkata jujur pada setiap situasi dan kondisi. Langsung saja tanpa basa basi kembali silahkan simak renungan Kristen tentang kejujuran ini.

Menjadi Orang yang Jujur

“Sungguh, orang-orang benar akan memuji nama-Mu, orang-orang yang jujur akan diam di hadapan-Mu.” Mazmur 140:14.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar orang berkata: zaman sekarang mana ada orang jujur? sebab orang jujur akan hancur! Demikianlah perkataan mereka. Ibaratnya, kejujuran seperti barang langka dan teramat mahal haraganya.

“Orang saleh sudah hilang dari negeri, dan tiada lagi orang jujur di antara manusia. Mereka semuanya mengincar darah, yang seorang mencoba menangkap yang lain dengan jaring. Tangan mereka sudah cekatan berbuat jahat.” (Mikha 7:2-3).

Karena tuntutan ekonomi orang mengorbankan nilai-nilai kejujuran dalam hidupnya. Karena ingin mengeruk laba sebesar-besarnya, orang memilih tidak jujur daripada harus berbuat benar.

Jujur sendiri memiliki arti lurus hati, tidak berbohong, dan tidak jurang. Dalam jujur, ya adalah ya, tidak adalah tidak. Sedangkan lawan dari jujur adalah dusta atau bohong. Berkata dusta berarti apa yang dikatakan bibir berbeda dengan isi hai. Alkitab dengan tegas tidak menganjurkan ini.

“Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” (Matius 5:37).

Sebagai orang percaya, berkata jujur atau menjadi orang yang jujur adalah harga mutlak. Jika dalam hati tidak, namun yang dikeluarkan mulut adalah ya, berarti kita sudah berbuat dusta. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa dusta merupakan sifat dan perbuatan iblis.

“Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.” (Yohanes 8:44).

Jika kita tetap saja suka berdusta atau berbohong, berarti kita sedang meneladani iblis dan mengikuti jejaknya. Sebab, dusta adalah karakter iblis yang adalah bapa dari pendusta. Jadi, apakah kita mau disebut sebagai anak iblis? tentu saja tidak, kan? Maka dari itu, berusahalah untuk selalu berkata jujur dan benar mulai dari sekarang.

Berkat Bagi Orang Jujur

“…orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat.” Amsal 3:32.

Penulis Amsal dengan tegas menyatakan bahwa Tuhan bergaul erat dengan orang yagn jujur. Jadi, salah satu syarat utama untuk dapat memiliki hubungan yang karib atau bergaul karib dengan Tuhan adalah kita harus hidup dengan jujur. Artinya, kita harus menjadi pribadi yang selalu terbuka di hadapan Tuhan, tidak ada yagn hrus ditutup-tutupi.

Saat kita melakukan pelanggaran, kita harus jujur mengakuinya di hadapan Tuhan dan memohon pengampunan. Saat ada masalah dan pergumulan apapun, datanglah kepada tuhan dan sampaikan kepada-Nya agar hubungan kita dengan-Nya tidak menjadi kaku atau sekedar hubungan formalitas, melainkan hubungan yang karib dan intim.

Berbicara mengenai kejujuran, berarti berbicara tentang motivasi, niat, dan juga kehendak yang muncul dari dalam hati dan pikiran seseorang yang kemudian menghasilkan sebuah tindakan. Hidup dalam kejujuran merupakan kehidupan yang spesial. Kenapa? Karena hal tersebut adalah sesuatu yang amat langka dan semakin sulit ditemukan di antara insan manusia yang hidup pada zaman sekarang.

Sebaliknya, kasus kepalsuan, dusta, kemunafikan, dan sebagainya telah menjadi pemandangan yang biasa dan sudah menjadi menu kehidupan sehari-hari. Ketidakjujuran ini terjadi pada semua aspek kehidupan, termasuk kehidupan berumah tangga antara suami dan istri.

Jadi, apalah artinya tampak sibuk melayani pekerjaan Tuhan jika kita masih hidup dalam ketidakjujuran, kebohongan, kepalsuan, dan kemunafikan? Sebagai orang percaya, apapun situasi dan keadaannya, kita dituntut untuk tetap hidup dalam kejujuran. Bagaimana bisa menjadi orang yang jujur? Diawali dengan ketulusan hati.

“Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya.” (Amsal 11:3).

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed