Alkitab memiliki makna kitab dari segala kitab. Artinya, tak ada satu Kitab pun yang paling berkuasa dan yang hidup bekerja melalui kebenaran firmannya selain Alkitab. Kita mengetahui bahwa Alkitab ditulis oleh para nabi berdasarkan tuntunan Roh Kudus. Ada konteks yang berbeda-beda pula yang menjadi latar belakang penulisan di tiap – tiap kitab. Alkitab terdiri dari dua kitab yaitu kitab perjanjian lama dan kitab perjanjian baru. Perjanjian lama ditulis dalam Bahasa Ibrani (sebagian besarnya) dan perjanjian baru ditulis dalam Bahasa Yunani (sebagian besarnya). Perjanjian lama terdiri dari 39 kitab dan perjanjian baru terdiri dari 27 kitab sehingga jumlah keseluruhannya adalah 66 kitab. (Baca : Allah Tritunggal)
Ada yang mengatakan bahwa perjanjian lama tidaklah lagi relevan dengan zaman sekarang sehingga tidak perlu lagi mengambil referensi dari perjanjian lama dan hanya melihat perjanjian baru. Namun ada pula yang mengatakan bahwa perjanjian baru tak bisa dipisahkan dari perjanjian lama dan kita bisa melihatnya sendiri bahwa ada juga ayat yang diambil dari perjanjian lama yang dituliskan di perjanjian baru. Manakah yang benar? Apakah keduanya saling berkaitan? Atau benar-benar berbeda sama sekali? Namun di artikel kali ini, kita hanya akan membahas apa yang menjadi perbedaan perjanjian lama dan perjanjian baru. Berikut ini adalah perbedaan dari perjanjian lama dan perjanjian baru di Alkitab:
1. Berdasarkan waktu penulisan
Perjanjian lama ditulis dari antara tahun 1400 SM – 400 SM, sementara perjanjian baru ditulis dengan perkiraan tahun 45 – 95. 39 kitab yang terdapat di perjanjian lama juga berbeda waktu penulisan, seperti kitab Musa (kejadian – ulangan) ditulis sekitar tahun 1450 SM, Kitab Yosua dan Rut ditulis sekitar tahun 1370 SM, kitab 1 Samuel – 2 Samuel ditulis sekitar akhir abad ke 10 SM, kitab 1 Tawarikh, 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia ditulis sekitar 400 SM, dan sebagainya. Begitu juga halnya dengan yang perjanjian baru, berbeda waktu penulisannya diantara satu kitab dengan kitab lainnya. Matius ditulis sekitar 60 M, Markus ditulis sekitar 55 – 65 M, Lukas ditulis sekitar tahun 60-63 M, Galatia dan Efesus ditulis sekitar tahun 50 M, dan lain sebagainya. (Baca juga: Makna Pentakosta bagi orang Kristen)
2. Berdasarkan gaya penulisan
Gaya penulisan di perjanjian lama lebih menekankan ke arah catatan berdasarkan sejarah maupun kronologi sejarah, petunjuk, perpaduan kisah dan catatan harian, kronologi dan kisah nyata, silsilah keturunan, puisi ibrani kuno, tulisan perkataan hikmat dan lain sebagainya. Gaya penulisan di perjanjian baru lebih menekankan ke arah narasi silsilah, biografi, kumpulan kisah nyata dari Yesus (bisa dilihat dari 4 kitab Injil), berisi pengajaran, suatu kronologis pelayanan para rasul, pengucapan syukur, surat pribadi kepada sang murid, berupa peringatan maupun penglihatan. (Baca juga: Pandangan iman Kristen terhadap gaya hidup modern)
3. Berdasarkan penulis
Kita bisa melihat penulis perjanjian lama kebanyakan adalah para nabi, baik itu nabi besar maupun nabi kecil. Misalnya adalah Musa, Yosua, Samuel, Gad, Natan, Yeremia, Ezra, Nehemia, Mordekhai, Salomo, Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, Daniel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Hagai, Zakharia, sampai Maleakhi. Sementara perjanjian baru ditulis oleh para Rasul, seperti Matius, Yohanes saudara Yakobus, Yohanes Markus yang merupakan murid Petrus, Lukas, Paulus, Yakobus saudara Yesus, rasul Yohanes, Yudas saudara Yesus. (Baca : Menjadi murid Kristus)
4. Berdasarkan tempat penulisan
Tempat penulisan perjanjian lama lebih condong ke Israel (secara fisik) dan sekitarnya seperti di padang gurun, dataran Moab, Kanaan, Yehuda, Mesir, Yerusalem, Elam, Babilon, dan Samaria. Pada perjanjian baru, tempat penulisannya di luar Israel bahkan mungkin lebih jauh dari itu, seperti Palestina, Roma, Kaisarea, Efesus, Korintus, Makedonia, Patmos. (Baca juga: Alasan orang Islam masuk Kristen)
5. Berdasarkan bangsa tujuannya
Kalau kita memperhatikan dengan cermat di perjanjian lama, bangsa Israellah yang menjadi bangsa pilihan-Nya sehingga ke-39 kitab di perjanjian lama semuanya bertujuan agar bangsa Israel tetap kembali kepada Tuhan, meninggalkan kejahatan perzinahan rohani yang mereka lakukan. Oleh karena itulah, Allah memakai tidak sedikit Nabi untuk menubuatkan pertobatan kepada mereka. Kenapa bangsa Israel menjadi bangsa yang dipilih oleh-Nya tetap masih merupakan suatu pertanyaan yang tak bisa dijawab oleh siapapun sampai sekarang ini. Karena kalau kita membandikan dengan bangsa lain, bangsa Israel sangat jauh dari kata baik, apalagi kalau kita membaca perjalanan/sejarah mereka. Tapi yang jelas itu adalah maunya Allah dan tak ada yang berhak untuk menanyakan lebih jauh lagi tentang alasan-Nya memilih bangsa Israel. Kalau di perjanjian baru, kita bisa melihat bahwa tak ada lagi yang namanya bangsa Israel (secara fisik). Israel yang dimaksudkan di perjanjian baru adalah Israel baru yaitu bangsa apapun yang mau meresponi rahmat dan kasihnya Tuhan karena semuanya sudah digenapi oleh Kristus di Kalvari sehingga siapa saja boleh datang kepada Allah hanya melalui Dia (Yesus). (Baca juga: Cara masuk Kristen)
6. Berdasarkan sejarah firdaus
Kita bisa melihat bahwa di perbedaan perjanjian lama dan perjanjian baru diperlihatkan tentang “firdaus yang hilang” yang disebabkan oleh karena kejatuhan manusia ke dalam dosa. Di perjanjian baru firdaus tersebut diperoleh kembali melalui Kristus yang merupakan keturunan perempuan (penggenapan dari firman di kitab kejadian) dan pemulihan kembali akan dikerjakan suatu hari nanti. (Baca juga: Pacaran beda agama menurut Kristen)
7. Berdasarkan persembahan
Oleh karena kejatuhan manusia ke dalam dosa, maka dibuatlah suatu ketetapan tentang sistem persembahan yang diberikan kepada Allah oleh bangsa Israel untuk penghapusan dosa-dosa mereka dan persembahan ini hanya dapat diberikan melalui imam yang berasal dari suku Lewi. Sementara di perjanjian baru, tak perlu lagi orang-orang mempersembahkan hewan atau ternaknya sebagai kurban kepada Allah karena ganti persembahan itu sudah digenapi oleh Yesus sebagai Anak Domba Allah yang hidup sehingga barang siapa yang percaya kepada-Nya akan memperoleh pengampunan kekal atas dosa-dosanya. (Baca : Penciptaan manusia)
Inti dari Alkitab (baik perjanjian lama dan perjanjian baru) adalah kasih Kristus. Apa yang tertulis di perjanjian lama merupakan nubuatan tentang Mesias yang sudah digenapi di perbedaan perjanjian lama dan perjanjian baru. Sehingga adalah salah ketika seseorang menafsirkan bahwa Allah hanya mengasihi bangsa Israel saja karena hanya melihat perjanjian lama saja. Atau adalah salah pula jika kita mengira bahwa Allah sangat kejam dan tidak pengasih di perjanjian lama karena kita melihat akan penghukuman demi penghukuman yang diberikan-Nya kepada bangsa Israel maupaun bangsa non-Israel oleh karena ketidakbenaran yang mereka kerjakan dan malah mengira Allah berubah di perjanjian baru karena Ia mau mengorbankan diriNya sendiri di Kayu salib. Itulah sebabnya perjanjian lama dan perjanjian baru tak bisa dipisahkan karena memiliki keterikatan yang jelas sehingga jika kita menekankan satu perjanjian saja kita akan kehilangan arah dan sulit melangkah untuk mengenal Allah yang hidup lebih lagi. Allah kita yang pengasih itu tak pernah berubah. Baik di perjanjian lama maupun di perjanjian baru, Dia selalu sama. Layaklah sembah sujud kita nyatakan dengan kesadaran yang jelas kepada-Nya.
Komentar