Mungkin banyak yang sudah tahu ya bahwa pada mulanya Katolik dan Protestan berasal dari satu agama yang sama. Sampai akhirnya terdapat suatu peristiwa yang dikenal dengan reformasi gereja yang mengakibatkan penganut Katolik terbagi menjadi dua, yaitu Katolik sendiri dan Protestan yang memisahkan diri. Sebelum kita mengetahui perbedaan antara Alkitab Katolik dan Protestan, ada baiknya kita memahami bagaimana sejarah kedua agama ini secara lebih detail.
Sejarah Terpisahnya Protestan dan Katolik
Sejarah terpisahnya Katolik dan Protestan diawali oleh keberanian seorang Martin Luther untuk mengkritik kebijakan gereja yang menurutnya mulai menyimpang. Martin adalah seorang tokoh sejarawan yang berkewarganegaraan Jerman. Di tengah-tengah perjalanan hidupnya, ia memutuskan untuk menjadi seorang biarawan di Biara Augustinian. Di sana dia merenungkan banyak hal, salah satunya mengenai konsep keselamatan. Setelah mempelajari banyak sumber teologis, dia menarik kesimpulan bahwa keselamatan diperoleh dari iman, bukan dari perantara siapapun.
Namun pada saat itu, banyak aturan-aturan gereja yang menurut Martin tidak sesuai dengan Alkitab, diantaranya :
- Menggunakan sakramen dalam gereja Katolik dan pelayan gereja untuk menyalurkan rahmat keselamatan, seperti pemujaan berlebihan terhadap benda keramat sehingga menimbulkan kepercayaan yang tidak masuk akal,
- Penyogokan oleh pemuka agama untuk mendapatkan kekuasaan dan kedudukan yang tinggi,
- Perilaku amoral Paus terkait hubungan terlarangnya dengan wanita, bahkan memiliki delapan anak haram. Padahal kita semua tahu bahwa dalam hierarki gereja Katolik, seorang paus tidak boleh menikah.
- Surat pengampunan dosa untuk menghapuskan dosa yang dijual untuk masyarakat umum. Padahal dibalik itu, sebenarnya penjualan surat tersebut dilakukan untuk menambah uang kas negara yang akan digunakan untuk membangun gereja termegah.
Martin Luther menganggap bahwa sudah banyak kebijakan gereja yang tidak lurus. Dia kesal karena ajaran Alkitab dinodai oleh orang-orang yang egois dan haus akan kekuasaan. Terutama dalam hal pengampunan dosa. Sebagai bentuk aksi penolakan, Luther menempelkan 95 tesis di depan Gereja Wittenberg pada tahun 1517 yang berisi tentang ketidaksetujuannya terhadap surat pengampunan dosa. Menurutnya, kebijakan tersebut adalah hal yang korup dan tidak sesuai dengan Alkitab.
Luther meminta Kaisar Roma untuk mereformasi gereja, namun kaisar dan Paus Leo X menolak dan bahkan sangat marah kepada Luther hingga akhirnya terjadi konfrontasi yang memaksa Luther untuk bersembunyi di Kastil Wartburg. Di sana dia menerjemahkan Kitab Injil ke bahasa Jerman. Seiring perkembangan media cetak, ajaran dan pemahaman Luther pun semakin dikenal luas dan pengikut-pengikut Luther inilah yang sekarang dikenal dengan penganut Protestan.
Nah, setelah kita mengetahui gambaran singkat mengenai sejarah terpisahnya Katolik dan Protestan serta latar belakang reformasi gereja, kini kita akan beralih ke materi yang lebih dalam, yaitu tentang awal mulanya mengapa Katolik dan Protestan memiliki Alkitab yang berbeda.
Awal Mula Perbedaan Alkitab Katolik dan Protestan
Alkitab berasal dari bahasa Yunani, yaitu blibia yang berarti buku yang berasal dari Roh Kudus. Pada jaman gereja perdana, orang-orang Yahudi dan para Rasul memiliki kitab yang berbeda satu sama lain. Hal ini dikarenakan kitab-kitab masih berpencar, seperti Kitab Markus hanya dipegang oleh Markus, Kitab Yohanes dipegang oleh Yohanes, dan lain sebagainya. Ketidakteraturan ini dianggap dapat mengakibatkan generasi-generasi Kristen selanjutnya merasa kesulitan dalam memahami ajaran dan menafsirkan isi dari kitab-kitab tersebut. Maka dari itu, dibentuk suatu upaya untuk mengumpulkan dan menyusun semua kitab menjadi satu.
Penyusunan kitab-kitab ini disebut kanonisasi, yaitu menentukan kanon/kitab yang akan masuk ke dalam Alkitab. Namun tentu saja, penyusunan ini tidak dilakukan dengan sembarangan. Ada pihak khusus yang diberi wewenang untuk melakukannya yaitu Magisterium Gereja. Dengan dibantu oleh Roh Kudus, mereka memilah-milah kitab mana yang akan menjadi Kitab Suci dan mana yang hanya merupakan karangan palsu. Upaya ini dilakukan dari abad pertama sampai abad keempat. Dan hasilnya, keluarlah 73 kitab yang menjadi Kitab Suci.
Terdapat sumber yang mengatakan bahwa setelah reformasi gereja, Martin Luther membuang tujuh kitab yang dianggap sebagai kitab aproika, yaitu kitab yang tidak dikenal. Sehingga Alkitab Protestan saat ini menjadi 66 kitab.
Namun ada juga yang mengatakan bahwa sebenarnya Martin Luther tidak membuang tujuh kitab tersebut. Karena saat menerjemahkan Alkitab, Luther juga menerjemahkan tujuh kitab yang menurutnya adalah kitab aproika. Buktinya kitab-kitab ini masih terdapat pada cetakan dari King James version dan cetakan Kitab Suci pertama yang disebut sebagai Guttenberg Bible.
Baru pada tahun 1825, Komite Edinburg dari the British Foreign Bible Society menghilangkan tujuh kitab yang dipandang sebagai kitab aproika. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa sebenarnya Martin Luther tidak membuang kitab-kitab itu, hanya saja dia memang cenderung memandang rendah kitab tersebut.
Dalam ajaran Katolik, tujuh kitab ini dinamakan Kitab Deuterokanonika. Pada Konsili Trente, Gereja Katolik kembali menetapkan Kitab Deuterokanonika sebagai Kitab Suci. Kitab Deuterokanonika ini terdiri dari Kitab Yudith, Kitab Tobit, Kitab Makabe I, Kitab Makabe II, Kitab Kebijaksanaan, Kitab Putera Sirakh, Kitab Baruch. Kitab-kitab inilah yang akhirnya menjadi perbedaan antara Alkitab Katolik dan Protestan. Karena umat Katolik menggunakannya sebagai Kitab Suci, sedangkan agama Protestan tidak mengakui ketujuh kitab tersebut. Dan ini juga alasan mengapa Alkitab umat Katolik lebih tebal dari Alkitab Protestan.
Setelah membahas sejarah perbedaan Alkitab Katolik dan Protestan, sekarang kita akan membahas mengenai argumentasi yang digunakan penganut Katolik dan Protestan mengapa masih menggunakan ataupun tidak mengakui Kitab Deuterokanonika. Dan kita akan mengetahui dari kedua sisi, berikut penjelasannya :
Alasan Katolik Menggunakan Kitab Deuterokanonika
- Alasan mengapa agama Katolik mengakui Kitab Deuterokanonika sebagai Kitab Suci karena mereka percaya bahwa kitab ini berasal dari ilham Roh Kudus. Mereka tidak akan seenaknya untuk membuang kitab.
Istilah dari Deuterokanonika sendiri memiliki arti yaitu sebagai kanon yang kedua, sedangkan kanon yang pertama disebut sebagai Protokanonika yang terdiri dari kitab Kejadian sampai Maleakhli. Kata Deuterokanonika mulai digunakan pada abad ke-16. Menurut agama Katolik, sebenarnya kitab ini merupakan satu kesatuan dengan Perjanjian Lama. Bahkan dalam cetakan versi bahasa Inggris, kitab Deuterokanonika menjadi satu dengan Perjanjian Lama. Hanya saja dalam versi bahasa Indonesia, Deuterokanonika dan Perjanjian Lama dibuat terpisah. Pemisahan dilakukan untuk membedakan Perjanjian Lama Katolik dan Perjanjian Lama Protestan, dimana sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Protestan tidak menggunakan Kitab Deuterokanonika.
- Argumentasi lain yang menguatkan keyakinan umat Katolik akan Kitab Deuterokanonika yaitu fakta bahwa kitab ini tidak berdiri sendiri. Kitab Deuterokanonika memiliki hubungan dengan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Terdapat beberapa kitab yang saling mengacu satu sama lain. Misalnya adalah hubungan Deuterokanonika dengan Perjanjian Lama, ada beberapa bagian dalam Kitab Deuterokanonika yang mengajarkan hal yang sama dengan apa yang diajarkan dalam Perjanjian Lama. Selain itu banyak juga ayat-ayat dalam Perjanjian Baru yang mengutip, mengambil referensi, dan menyempurnakan ayat-ayat dari Kitab Deuterokanonika.
- Selain dari kedua alasan di atas, umat Katolik juga memerhatikan sejarah dari penolakan kitab Deuterokanonika itu sendiri. Dikatakan dalam suatu sumber bahwa alasan mengapa jaman dulu umat Protestan tidak mengakui Deuterokanonika dikarenakan orang-orang Yahudi sendiri yang bahkan menolak kitab ini. Namun, tindakan ini dianggap tidak masuk akan bagi penganut Katolik. Karena orang-orang Yahudi tersebut bahkan tidak mempercayai Kristus. Kalau mereka tidak percaya Kristus, maka mereka tidak memiliki Roh Kudus dalam dirinya. Bagaimana bisa orang yang tidak dipenuhi Roh Kudus menentukan kitab mana yang akan menjadi bagian dari Kitab Suci atau tidak.
Alasan Mengapa Protestan Tidak Mengakui Kitab Deuterokanonika
- Alasan pertama mengapa Protestan tidak mengakui Kitab Deuterokanonika adalah karena Yesus dan para Rasul tidak pernah menggunakannya sebagai ajaran, dasar, dan iman bagi mereka, padahal kitab tersebut sudah ada sejak jaman Yesus.
- Kitab Suci adalah buku yang ditulis oleh seseorang yang dipenuhi Roh Kudus, sehingga apa yang ditulisnya bukan berdasarkan kemauan dan pikirannya sendiri, melainkan karena Roh Kudus yang berbicara melalui orang tersebut. Namun, penulis kitab Deuterokanonika dianggap tidak mencerminkan dirinya seperti penulis kitab yang diberikan ilham dari Allah. Contoh dari keraguan penulis terdapat pada Kitab 2Makabe 15:37b-38, yang berbunyi, “….jika susunannya baik lagi tepat, maka itulah yang kukehendaki…” Ayat ini dirasa tidak memiliki keyakinan, sehingga umat Protestan menganggap bahwa kitab Deuterokanonika ini tidak bisa disetarakan dengan Kitab Suci.
- Hal yang paling fatal adalah adanya beberapa kesalahan dalam Kitab Deuterokanonika. Padahal, Alkitab adalah sumber kebenaran. Umat Protestan merasa bahwa kitab ini tidak bisa mencapai standard Kitab Suci. Contoh dari kesalahan yang ada dalam Kitab Deuterokanonika terdapat pada Yudit 1:1,7,11. Disebutkan di situ bahwa Nebukadnezar adalah Raja Asyur di Niniwe. Pernyataan tersebut jelas salah, karena faktanya Nebukadnezar adalah Raja Babilonia. Kesalahan lain terjadi pada Kitab Tobit 5:13, yang menceritakan tentang malaikat Rafael yang memperkenalkan dirinya sebagai sebagai ‘Azarya bin Ananias’, atau ‘Azarya anak laki-laki dari Ananias.’
- Selain tiga hal di atas, terdapat ajaran dalam Kitab Deuterokanonika yang tidak sesuai dengan ajaran Alkitab. Dalam Kitab Deuterokanonika terdapat doktrin bahwa keselamatan bisa diperoleh dengan berbuat baik, padahal menurut Alkitab keselamatan hanya didapat melalui iman terhadap Tuhan Yesus Kristus. Karena alasan-alasan inilah sehingga Protestan tidak mengakui Kitab Deuterokanonika sebagai Kitab Suci.
Sekian artikel mengenai perbedaan Alkitab Katolik dan Protestan. Semoga pembaca dapat bersikap terbuka dan menilai tidak hanya dari satu sisi. Walaupun ada beberapa perbedaan pendapat dalam artikel ini, namun anggap saja sebagai pengetahuan baru.
Komentar