Bagaimanapun, ruang ibadah bukanlah ruang rekreasi tempat orang bisa bebas melakukan semaunya. Ibadah harus berjalan dengan teratur sehingga perlu ditentukan kapan jemaat dapat ikut berpartisipasi dalam ibadah dan apa yang perlu mereka lakukan. Dengan dasar ini, tata ibadah pun akhirnya dibuat dan hal inilah yang saat ini biasa disebut sebagai liturgi. Jadi, kata liturgi dalam artikel ini akan merujuk pada makna tata ibadah.
Dengan menggunakan arti kata ibadah seperti yang lazim digunakan saat ini dan dengan arti liturgi itu sendiri, jemaat tidak bisa hanya diam, duduk, dan menonton dalam ibadah. Ibadah bukanlah sebuah konser ataupun seminar yang hanya berjalan satu arah. Jemaat dapat ikut andil dengan ikut menyanyikan pujian, berdoa, memberikan persembahan, dan lain sebagainya. Meski begitu, liturgi tidak melulu hanya milik pola ibadah liturgis yang kaku. Semua pola ibadah memiliki liturginya masing-masing dan semua liturgi tersebut merujuk pada satu struktur yang sama. Struktur tersebut biasa disebur Four-Fold Pattern of Worship.
Pengertian Dari Liturgi dalam Gereja
Setiap hari Minggu, seorang Kristen biasanya akan pergi ke gereja dan beribadah. Mereka bebas memilih pergi ke gereja mana saja. Ada yang memilih gereja berdasarkan orang-orang terdekatnya. Ada yang memilih gereja berdasarkan tempat tinggalnya. Ada yang memilih gereja berdasarkan pelayannya. Ada juga yang memilih gereja berdasarkan pola ibadahnya, sebagai berikut:
- Liturgis
Jika kita mengetahui pengertian liturgi datang ke suatu gereja dengan ibadah yang terkesan kaku dan sangat terstruktur, kita sedang berada di gereja dengan pola ibadah liturgis. Struktur ibadah ini dianggap sebagai tradisi asli dari zaman Perjanjian Baru dan gereja sehingga gereja akan tetap bertahan dengan pola ini dengan alasan patuh pada tradisi meski banyak anak muda yang mulai menghindari pola ini. Pola ini biasa dipakai oleh Roma Katolik, Lutheran, dan Anglikan.
- Tradisional
Pola yang mengikuti tradisi liturgi Calvin dan Puritan ini kadang disebut nonliturgis dan kadang disebut semiliturgis. Gereja dengan pola ibadah ini memang tidak memiliki pegangan pelaksanaan ibadah, tetapi memiliki kesepakatan bersama. Dengan pola ini, meski terstruktur, gereja dapat merubah pola ibadahnya mengikuti perkembangan zaman. Hal yang ditekankan dalam pola ibadah ini adalah khotbah sebagai pengajaran Firman Tuhan dan nyanyian jemaat. Pola ini biasa dipakai oleh Reformed dan Menonit.
- Kebangunan
Saat ini, kita sering melihat gereja yang menekankan jemaat untuk bersaksi dan melakukan penginjilan kepada mereka yang belum menerima Yesus Kristus. Gereja ini biasanya memiliki pola ibadah yang informal dan mengutamakan pengucapan syukur dalam luapan kegembiraan. Khotbah disampaikan secara agresif dan bersemangat untuk mengajak jemaat membawa sesamanya kepada anugerah Allah. Kelompok yang megikuti pola ini di antaranya Quaker, Metodis, dan Frontier. (Baca juga: Bahasa Roh)
- Pujian dan Penyembahan
Pola ini pernah disebut dengan pola Pantekostal dan dipelopori oleh perkumpulan ibadah Afro-American akhir abad ke-19. Jika kita pernah mengikuti suatu ibadah gereja dan jemaatnya kerapkali mengucapkan ‘Amin’, ‘Haleluya’, ataupun respon lainnya, kita sedang berada di gereja dengan pola ibadah ini. Dalam pola ini, kita akan terbiasa melihat jemaat bertepuk tangan, menari, mengangkat tangan, dan berseru nyaring. Seperti yang sudah disebutkan, Pantekosta adalah contoh yang berada dalam pola ini. (Baca juga: Peranan Roh Kudus Dalam Gereja)
- Pencari Jiwa
Kita mungkin pernah mendengar orang mengatakan ‘Saya berasal dari gereja A yang dipimpin X’ dan orang lain yang mengatakan ‘Saya berasal dari gereja B yang dipimpin Y’. Gereja yang sama tetapi dipimpin oleh orang yang berbeda memiliki pola ibadah pencari jiwa. Pola ibadah antar gereja tidak seragam, tergantung pada siapa pemimpin kelompoknya. Satu hal yang pasti adalah mereka mengadakan ibadah dengan motivasi meraih orang yang mencari Tuhan, tetapi belum mengenal Kristus. Rick Warren dan Yesaya Pariadji adalah contoh kelompok pola ini.
Istilah Liturgi dalam Alkitab
Kata ‘liturgi’ berasa dari bahasa Yunani, leitourgia. Injil Alkitab dalan perjanjian lama terjemahan Septuaginta (bahasa Yunani Kuno), istilah ini digunakan untuk pelayanan ibadah yang dilakukan para imam kaum Lewi sedangkan yang dilakukan umat biasanya disebut dengan istilah latreia yang berarti penyembahan. Namun, istilah ini mengalami perkembangan dalam Perjanjian Baru. G. Riemer mengungkapkan bahwa Perjanjian Baru memakai istilah leitourgia sebanyak 15 kali dengan delapan makna yang berbeda-beda:
- Pada Lukas 1:23, Ibrani 9:21, Ibrani 10:11, pengertian istilah ini masih merujuk kepada tugas imam seperti pada Perjanjian Lama.
- Pada Ibrani 8:2, Ibrani 8:6, istilah ini dipakai untuk menjelaskan pelayanan Kristus sebagai Imam yang lebih agung dibanding imam pada Perjanjian Lama.
- Sedangkan pada Roma 15:16, leitourgia dipakai untuk pekerjaan rasul dalam mengabarkan Injil bagi mereka yang tidak percaya.
- Filipi 2:17 memakai istilah ini sebagai kata ganti untuk hal percaya.
- Pada Ibrani 1:7 dan 14 merujuk kepada pelayanan malaikat-malaikat.
- Roma 13:6 mengacu kepada jabatan dalam pemerintahan.
- Roma 15:27, Filipi 2:25, Filipi 2:30, Filipi 4:18 merujuk kepada pengumpulan persembahan untuk membantu orang yang membutuhkan.
- Kisah Para Rasul 13:2 mengacu kepada persekutuan orang yang berdoa dan berpuasa. (baca juga: Sola Gratia)
Istilah Liturgi Saat Ini
Istilah leitourgia atau pengertian liturgi memiliki asal kata laos yang berarti rakyat dan ergon yang berarti pekerjaan. Berdasarkan asal kata tersebut, liturgi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh rakyat secara bersama-sama. Dalam gereja, rakyat yang dimaksud adalah jemaat gereja itu sendiri. Secara praktikal, liturgi adalah kegiatan peribadahan dengan melibatkan seluruh anggota jemaat secara aktif untuk menyembah dan memuliakan nama Tuhan. Ibadah yang sejati adalah bagaimana seorang Kristen menjalani kesehariannya untuk memuliakan Allah. Namun, saat ini, kata ibadah sudah merujuk pada kegiatan bersekutu, berdoa, memuji Allah, dan mendengarkan firman Tuhan dalam rentang waktu tertentu.
Soren Kierkegaard memberikan sebuah perumpamaan mengenai liturgi dalam tulisannya Purity of Heart is to Will One Thing. Artikel ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1847 di Edifying Addresses of Varied Tenor. Pada subbab berjudul The Listener’s Role in a Devotional Address, Ia memberikan perumpamaan ibadah seperti dalam teater. Banyak orang menganggap bahwa dalam ibadah, pembicara adalah aktor utama dan jemaat menjadi penonton. Padahal, hal ini tidaklah tepat. Pembicara hanyalah seorang sutradara. Aktor utamanya adalah jemaat dan penontonnya adalah Allah. Jadi, dalam suatu ibadah, yang terpenting adalah bagaimana jemaat memberikan respon dan ikut memberikan bagiannya yang terbaik untuk menyenangkan Allah.
Four-Fold Pattern of Worship
Sesuai namanya, Four-Fold Pattern of Worship memperkenalkan empat bagian struktur yang terpenting dalam liturgi yaitu berhimpun, firman, pengucapan syukur, dan diutus ke dalam dunia. Keempat bagian ini menjadi makanan yang baik untuk kehidupan kekristenan.
- Berhimpun
Jemaat datang ke gereja tidak hanya untuk duduk, berdoa, bernyanyi, mendengarkan firman Tuhan, lalu keluar. Gereja memiliki tugas untuk mengajak jemaatnya bersekutu dan menyatukan hati untuk memuliakan Allah. Hal ini sesuai dengan pesan Paulus untuk jemaat di Efesus bahwa kita sudah menjadi anggota keluarga Allah (Efesus 2:19). Bagian ini dimulai saat jemaat memasuki ruang ibadah. Jemaat akan diminta untuk bersaat teduh atau biasanya dipimpin untuk mempersiapkan hati mengikuti ibadah. Prosesi pengakuan pengertian dosa menurut Alkitab juga biasanya masuk dalam bagian ini. (Baca juga: Cara Bertobat Orang Kristen)
- Firman
Pada bagian ini, pembacaan Alkitab serta pemberitaan firman dilakukan. Ada yang melakukan pembacaan leksionari ataupun secara bebas tergantung pada konteks kalimat yang sedang dibicarakan. Pembicara pengertian liturgi bertugas untuk menghidupkan kata-kata dalam Alkitab agar relevan bagi jemaat masa kini sehingga jemaat dapat merasa disapa oleh Tuhan. Setelah mendengarkan firman, jemaat diajak untuk merespon dalam cara berdoa yang benar, baik doa syafaat maupun makna Doa Bapa Kami, dan ada juga yang dengan mengucapkan Pengakuan Iman.
- Pengucapan Syukur
Pengucapan syukur biasa dilakukan dalam bentuk persembahan. Banyak gereja yang mengajak jemaat memberikan persembahan sebagai bentuk rasa syukur atas firman yang telah disampaikan. Hal ini menyebabkan persembahan seringkali diadakan setelah pembacaan firman. Namun, tak jarang ada gereja yang mengadakan persembahan sebelum pembacaan firman. (Baca juga: Arti Bersyukur Dalam Alkitab)
- Diutus ke Dalam Dunia
Kehidupan kekristenan tidak dimulai ketika masuk gereja dan berakhir ketika keluar gereja. Kehidupan kekristenan di dunia dimulai ketika menerima karakter Kristus dan berakhir dengan kematian menurut Kristen. Oleh karena itu, firman Tuhan tidak bisa hanya sekedar didengar, tetapi juga perlu dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebelum gereja berakhir, jemaat akan diutus dan diberikan janji Tuhan bagi orang percaya yang disimbolkan dengan pengucapan kalimat pengutusan dan kalimat berkat.
Liturgi tidaklah menentukan besar kecilnya berkat yang jemaat terima. Pengertian liturgi hanya berfungsi untuk membantu jemaat lebih fokus dalam mengikuti ibadah dan merasakan hadirat Tuhan. Hal yang terpenting untuk diperhatikan adalah apakah liturgi tersebut sesuai dengan kehendak Tuhan yang disampaikan dalam Alkitab atau tidak. Kiranya setiap gereja dapat kembali mengintrospeksi diri dalam penyusunan liturginya.
Komentar