oleh

Asal Usul dan Sejarah Terpisahnya Katolik dan Protestan

Pernah mendengar nama Martin Luther? Tokoh sejarawan satu ini memiliki hubungan yang kuat dengan penyebab terpisahnya Katolik dan Protestan. Menurut asal-usulnya, sebenarnya Katolik dan Protestan merupakan satu agama pada mulanya, yaitu masuk dalam agama Katolik. Namun, karena beberapa perbedaan pendapat dengan pandangan gereja saat itu, seseorang bernama Martin Luther memutuskan untuk keluar dari Gereja Katolik dan membangun jemaat sendiri dengan doktrin yang menurutnya benar. Namun, apa sajakah perbedaan-perbedaan pendapat itu? Nah, kita akan membahas secara lengkap mengenai sejarah terpisahnya Katolik dengan Protestan dalam artikel ini.

Di sini kita mulai dengan siapa itu Martin Luther? Luther adalah seorang pria berkewarganegaraan Jerman dan pernah mengambil jurusan hukum di Universitas Efurt semasa mudanya. Namun, pendidikan di bangku kuliah tidak bertahan lama, karena di tengah-tengah masa studinya, Luther memutuskan untuk masuk biara Augustinian di Efurt. Keputusan ini dikarenakan oleh panggilan hatinya dan keinginan untuk mencari jati. Dalam biara ini, Luther belajar mengenai kajian-kajian teologis dan mempersiapkan diri untuk pentasbihan. Dan pada tahun 1506, Luther memutuskan untuk menjadi seorang biarawan.

Di dalam biara, Luther berpikir dan merenungkan tentang banyak hal. Dia memiliki keyakinan bahwa keselamatan diperoleh karena iman dan diberikan langsung oleh Tuhan, bukan melalui perantara siapapun. Luther berpandangan bahwa manusia dapat memahami makna kehidupan hanya dengan membaca Alkitab dan disertai dengan iman. Sedangkan pada jaman itu, Gereja Katolik menggunakan sakramen-sakramen dan pelayan-pelayan gereja untuk menyalurkan rahmat keselamatan. Pemikiran-pemikiran Luther ini menimbulkan kontroversi dengan sesama biarawan yang lain.

Selain dalam konsep tentang keselamatan, terdapat hal-hal lain yang memicu pergerakan reformasi gereja oleh Martin Luther. Sejarah terpisahnya Katolik dan Protestan tidak lepas dari kebijakan gereja masa itu. Luther berpendapat, bahwa kebijakan-kebijakan gereja sudah tidak lurus lagi dan banyak sekali aturan yang menyimpang, diantaranya disebabkan oleh beberapa hal berikut:

  • Penyogokkan

Saat itu, banyak sekali pemuka agama yang melakukan penyogokkan demi memperoleh kekuasaan dan kedudukan sosial yang tinggi.

  • Perilaku Amoral Paus

Dalam hierarki gereja Katolik, seorang paus adalah tokoh yang sangat dihormati dan akan selalu dijadikan teladan. Dia adalah pemimpin tertinggi dalam struktural kedudukan pemuka agama Katolik. Namun, bagaimana apabila seorang paus bersikap menyimpang? Tentu perlu dikritisi, bukan? Nah, pada masa jabatannya, Paus Alexander VI memiliki hubungan amoral dengan wanita dan memiliki delapan anak haram. Padahal, dalam ajaran Katolik seorang paus tidak boleh menikah supaya bisa lebih fokus untuk melayani Tuhan.

  • Penyalahgunaan Sakramen Suci

Sakramen dalam gereja Katolik adalah ritual yang sakral dan harus dilakukan dengan benar. Sayangnya, pada jaman Luther ini, terdapat pandangan-pandangan yang salah terhadap makna sakramen. Contohnya, pemujaan berlebihan terhadap benda-benda keramat yang menimbulkan pemikiran dan kepercayaan yang tidak masuk akal. Padahal, menurut ajaran Kristen yang benar, benda-benda dalam sakramen hanyalah simbol atau lambang saja. Sakramen hanyalah alat untuk membantu memperoleh iman, bukan sebagai jalan untuk memperoleh keselamatan. Dan apabila manusia menganggap benda tertentu memiliki kekuatan gaib, maka itu artinya dia telah menyembah berhala.

  • Penjualan Surat Pengampunan Dosa

Pada jaman itu, Paus Leo X menjual surat pengampunan dosa untuk menambah kas gereja, dimana uang tersebut akan digunakan untuk membangun Gereja Katolik termegah. Surat pengakuan dosa ini banyak terjual di Jerman. Karena pada saat itu, negara Jerman adalah negara agraris yang terbelakang. Katolisisme yang konservatif masih sangat berpengaruh di negara ini. Sehingga, mayoritas masyarakatnya mudah percaya dengan benda-benda keramat, salah satunya adalah surat pengakuan dosa. Hal ini membuat Luther kesal, karena ajaran Alkitab sudah dinodai oleh orang-orang yang hanya mencari kekuasaan. Menurutnya, pengampunan dosa hanya didapatkan melalui Tuhan Yesus Kristus.

Alasan-alasan di atas memicu puncak kontroversi Martin Luther . Dia menempelkan 95 tesis di depan Gereja Wittenberg pada tahun 1517. Tesis tersebut berisi tentang penolakan Martin Luther terhadap surat pengakuan dosa.

Penjualan surat tersebut adalah hal yang korup dan tidak sesuai dengan Alkitab. Kemudian pada tahun 1520, Martin Luther meminta Kaisar Roma untuk segera mereformasi gereja dan berhenti tunduk pada kekuasaan paus.

Namun, tentu saja Paus Leo X tidak menyetujuinya, dan bahkan sangat marah terhadap Marthin Luther. Untuk meredamkan perseteruan tersebut, Charles X memanggi Luther dan memintanya untuk minta maaf serta mengakui kesalahannya. Martin Luther tetap keukeh bahwa dia benar, dan alhasil terjadilah konfrontasi dengan kaisar yang memaksa Luther untuk bersembunyi di Kastil Wartburg.

Perjuangan Luther masih berlanjut, di kastil tersebut dia menerjemahkan Kitab Injil ke dalam bahasa Jerman. Dan seiring dengan berkembangnya teknologi mesin cetak, ajaran-ajaran Luther pun semakin meluas dan diketahui banyak orang. Kebanyakan dari mereka setuju dengan pemahaman Luther. Mereka mendukungnya, dan bahkan menganggapnya sebagai seorang pahlawan.

Dan pengikut-pengikut Luther inilah yang dinamakan Protestan. Sehingga kini, Katolik dan Protestan merupakan dua agama yang berbeda. Wajar saja kalau keduanya memiliki banyak persamaan karena dulunya berasal dari satu agama. Namun jangan salah, walaupun begitu, Katolik dan Protestan tetap tidak bisa disatukan. Terdapat beberapa perbedaan mendasar antara keduanya. Contohnya, perbedaan sakramen Katolik dan Protestan.

Kemudian, dalam hal Alkitab, yaitu bahwa Katolik mengakui Kitab Deuterokanonika sedangkan Protestan menganggap bahwa kitab tersebut adalah kitab yang tidak diwahyukan oleh Allah. Selanjutnya, dalam hal penafsiran. Dalam gereja Katolik, yang boleh menafsirkan Alkitab adalah ahli-ahli teolog yang berpusat di Roma saja, sedangkan dalam Protestan semua orang boleh menafsirkan Alkitab.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed