oleh

Ayat Kitab Suci Tentang Mengendalikan Amarah Emosi

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering marah karena beberapa hal yang tidak memuaskan, dan menyakitkan orang-orang di sekitar kita karena marah, sehingga kita merasa bingung dan menyesal. Sebenarnya, jika kita ingin mengelola emosi diri, kita masih perlu memahami kebenaran. 14 ayat kitab suci dan firman Tuhan terkait yang dipilih tentang mengendalikan amarah, yang membantu Anda memahami akar amarah dan kemarahan Anda, menguasai prinsip-prinsipnya, dan menyingkirkan kendali atas kemarahan.

Efesus 4:26-27

“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu

dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.”

Amsal 14:17

Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, tetapi orang yang bijaksana, bersabar.

Firman Tuhan yang Relevan:

Walaupun pencurahan murka Tuhan adalah salah satu aspek dari ungkapan watak benar-Nya, kemarahan Tuhan sama sekali tidak membeda-bedakan targetnya, dan kemarahan-Nya juga bukannya tanpa prinsip. Sebaliknya, Tuhan itu sama sekali tidak cepat marah, Dia juga tidak menyatakan murka dan kemegahan-Nya dengan enteng. Dan lagi, murka Tuhan itu sangat terkendali dan terukur; sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan manusia yang biasa mengungkapkan kemarahannya atau melampiaskan amarahnya. Banyak percakapan antara manusia dan Tuhan yang dicatat di Alkitab. Kata-kata dari beberapa individu yang terlibat dalam percakapan tersebut dangkal, bodoh, dan kekanak-kanakan, tetapi Tuhan tidak menyambar, dan Dia juga tidak menghukum mereka. Secara khusus, selama ujian Ayub, bagaimana Tuhan Yahweh memperlakukan ketiga sahabat Ayub dan yang lain setelah Dia mendengar kata-kata yang mereka ucapkan kepada Ayub? Apakah Dia menghukum mereka? Apakah Dia murka kepada mereka? Dia tidak melakukan hal-hal seperti itu! Sebaliknya, Dia menyuruh Ayub membuat permohonan atas nama mereka dan mendoakan mereka, dan Tuhan sendiri tidak memasukkan kesalahan mereka ke dalam hati. Kejadian-kejadian ini semuanya merepresentasikan sikap utama Tuhan dalam memperlakukan umat manusia, yang rusak dan bodoh. Karena itu, pelepasan murka Tuhan sama sekali bukan ungkapan suasana hati-Nya, bukan juga cara-Nya menyalurkan perasaan-Nya. Berlawanan dengan kesalahpahaman manusia, murka Tuhan bukanlah suatu ledakan kemarahan. Tuhan melepaskan murka-Nya bukan karena Dia tidak mampu mengendalikan suasana hati-Nya atau karena amarah-Nya telah mencapai batas dan harus disalurkan. Sebaliknya, murka-Nya merupakan tampilan dan ungkapan yang murni dari watak benar-Nya, dan itu adalah penyingkapan simbolik dari hakikat-Nya yang kudus. Tuhan adalah murka, dan Dia tidak menoleransi jika disinggung—ini bukan berarti amarah Tuhan tidak membeda-bedakan sebab atau tanpa prinsip; umat manusia yang rusaklah yang memiliki hak ekslusif atas luapan amarah yang tidak berprinsip, membabi buta, amarah yang tidak membeda-bedakan sebabnya. Begitu seorang manusia memiliki status, ia akan sering kesulitan mengendalikan suasana hatinya, jadi, ia akan menikmati menggunakan kesempatan untuk mengungkapkan ketidakpuasannya dan melampiaskan emosinya; ia akan sering terbakar amarah tanpa alasan jelas, untuk menunjukkan kemampuannya dan membiarkan orang lain tahu bahwa status dan identitasnya berbeda dengan orang biasa. Tentu saja, orang yang rusak tanpa status apa pun juga sering kehilangan kendali. Amarah mereka sering kali disebabkan oleh rusaknya kepentingan pribadi mereka. Untuk melindungi status dan martabat mereka, umat manusia yang rusak akan sering kali melampiaskan emosinya dan menyatakan naturnya yang congkak. Manusia akan terbakar amarah dan melampiaskan emosinya untuk mempertahankan dan menegakkan keberadaan dosa, dan tindakan-tindakan ini adalah cara manusia mengungkapkan ketidakpuasannya; mereka penuh dengan kenajisan, dengan rencana licik dan intrik, dengan kerusakan dan kejahatan manusia, dan lebih dari semuanya, mereka penuh dengan ambisi dan keinginan liar manusia. Ketika keadilan bentrok dengan kejahatan, amarah manusia tidak akan terbakar dalam mempertahankan keberadaan keadilan atau untuk menegakkannya; sebaliknya, ketika kekuatan keadilan terancam, dianiaya, dan diserang, sikap manusia tidak peduli, menghindar, atau mundur. Namun, ketika menghadapi kekuatan kejahatan, sikap manusia membantu, menjilat. Karena itulah, pelampiasan manusia adalah jalan keluar dari kekuatan kejahatan, ungkapan dari tingkah laku jahat daging manusia yang merajalela dan tidak bisa dihentikan. Ketika Tuhan mengirim murka-Nya, bagaimanapun juga, semua kekuatan kejahatan akan dihentikan, semua dosa yang menyakiti manusia akan ditahan, semua kekuatan yang memusuhi yang menghalangi pekerjaan Tuhan akan dibuat jadi nyata, dipisahkan, dan dikutuk, dan semua kaki tangan Iblis yang menentang Tuhan akan dihukum dan dibuang. Di tempat mereka, pekerjaan Tuhan akan berlanjut dengan bebas tanpa halangan, rencana pengelolaan Tuhan akan terus berkembang tahap demi tahap sesuai jadwal, dan umat pilihan Tuhan akan bebas dari gangguan dan tipuan Iblis, dan mereka yang mengikuti Tuhan akan menikmati kepemimpinan dan penyediaan Tuhan di tengah keadaan yang tenang dan damai. Murka Tuhan adalah penjaga yang mencegah semua kekuatan jahat berlipat ganda dan merajalela, dan murka Tuhan juga adalah penjaga yang melindungi keberadaan dan penyebaran segala sesuatu yang adil dan positif, dan selamanya menjaga semua itu dari tekanan dan subversi.

Terlepas dari apakah seseorang menjadi marah di hadapan orang lain atau di belakang mereka, semua orang memiliki niat dan tujuan yang berbeda dengan kemarahan mereka. Mungkin mereka membangun prestise mereka, atau mungkin mereka mempertahankan kepentingan mereka sendiri, menjaga citra atau menjaga muka mereka. Sebagian orang berlatih menahan amarah mereka, sementara sebagian lainnya lebih gegabah dan membiarkan amarah mereka berkobar kapan pun mereka mau tanpa berusaha menahannya sedikit pun. Singkatnya, kemarahan manusia berasal dari wataknya yang rusak. Tidak peduli apa pun tujuan kemarahan itu, asalnya dari daging dan natur; kemarahan itu tidak ada hubungannya dengan keadilan atau ketidakadilan karena tidak ada sesuatu pun dalam natur esensi manusia yang selaras dengan kebenaran. Karena itulah, sifat umat manusia yang rusak dan murka Tuhan tidak seharusnya disamakan. Tanpa terkecuali, perilaku manusia yang dirusak Iblis dimulai dengan keinginan untuk menjaga kerusakan, dan memang itu didasarkan pada kerusakan; inilah mengapa kemarahan manusia tidak dapat disamakan dengan murka Tuhan, bagaimanapun layaknya kemarahan manusia secara teori. Ketika Tuhan mengirim murka-Nya, kekuatan jahat dikendalikan dan hal-hal jahat dihancurkan, sementara hal-hal adil dan positif datang untuk menikmati pemeliharaan dan perlindungan Tuhan dan semua itu dibiarkan untuk terus ada. Tuhan mengirim murka-Nya karena hal-hal yang tidak adil, negatif, dan jahat menghalangi, mengganggu, atau menghancurkan aktivitas normal dan perkembangan hal-hal yang adil dan positif. Tujuan dari amarah Tuhan bukanlah untuk menjaga status dan identitas-Nya sendiri, tetapi untuk menjaga keberadaan hal-hal yang adil, positif, indah, dan baik, untuk menjaga hukum dan keteraturan dari kelangsungan hidup normal manusia. Inilah akar penyebab murka Tuhan. Murka Tuhan itu sangat tepat, alami, dan penyingkapan sejati dari watak-Nya. Tidak ada tujuan tersembunyi dalam amarah-Nya, juga tidak ada tipu muslihat atau rencana jahat apalagi keinginan, kelicikan, kedengkian, kekerasan, kejahatan, atau sifat lainnya dari umat manusia yang rusak. Sebelum Tuhan mengirimkan murka-Nya, Dia sudah memahami esensi setiap masalah dengan jelas dan utuh, dan Dia sudah merumuskan definisi dan kesimpulan yang akurat dan jelas. Karena itulah, tujuan Tuhan dalam segala sesuatu yang dilakukan-Nya sangatlah jelas, sama seperti sikap-Nya. Dia tidak bingung, buta, impulsif, atau ceroboh, dan yang pasti, Dia bukan tidak memiliki prinsip. Inilah aspek nyata dari murka Tuhan, dan karena aspek nyata dari murka Tuhan inilah umat manusia telah mencapai keberadaannya yang normal. Tanpa murka Tuhan, manusia akan turun ke dalam kondisi hidup yang tidak normal, dan semua hal yang adil, indah, dan baik akan dihancurkan dan tidak akan ada lagi. Tanpa murka Tuhan, hukum dan aturan keberadaan bagi makhluk ciptaan akan dilanggar atau bahkan sepenuhnya tumbang. Sejak penciptaan manusia, Tuhan telah terus-menerus menggunakan watak benar-Nya untuk menjaga dan memelihara keberadaan normal umat manusia. Karena watak benar-Nya mengandung murka dan kemegahan-Nya, semua orang jahat, hal dan objek, serta semua hal yang mengganggu dan merusak keberadaan normal manusia akan dihukum, dikendalikan, dan dihancurkan sebagai akibat dari murka-Nya. Selama beberapa milenium terakhir, Tuhan telah terus-menerus menggunakan watak benar-Nya untuk memukul dan menghancurkan segala jenis roh najis dan jahat yang menentang Tuhan dan bertindak sebagai kaki tangan dan antek Iblis dalam pekerjaan Tuhan mengelola manusia. Karena itulah, pekerjaan keselamatan Tuhan atasmanusia selalu maju sesuai dengan rencana-Nya. Lebih jelasnya, karena keberadaan murka Tuhan, perkara-perkara paling benar manusia tidak pernah dihancurkan.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed