oleh

Saat Teduh Hari Ini: Di dalam kasih tidak ada ketakutan

Ketakutan bisa mencekam kita ketika kita terancam bahaya atau hukuman. Bayang-bayang bencana alam, kerusuhan, peperangan atau perbuatan salah menimbulkan rasa cemas dan takut. Masih teringat saya sewaktu memecahkan kaca jendela ketika berusia 8 tahun, betapa takut saya menghadapi hukuman ayah. Namun, kasih sayang ibu mengalahkan rasa takut dan memberikan saya keberanian untuk mengaku salah.

Dalam perjalanan hidup kita, kita terkadang dirundung rasa gelisah dan takut, apalagi bila harus menghadapi maut. Sebagai anak Tuhan, apakah kita memahami betapa besar kasih Allah terhadap kita sehingga kita tidak merasa takut menghadapi saat penghakiman terakhir nanti? Hanya bila kita bertekun dalam dosa-dosa kita dan tidak sudi memohon pengampunan, seharusnyalah kita takut terhadap hukuman neraka (Wahyu 21:8).

Sebagai anak Tuhan, kita percaya kepada Tuhan Yesus dan berusaha mengungkapkan kasihNya kepada sesama. “Kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman”, karena kita telah mencoba mencontoh hidupNya (Matius 25:34-36). Jadi, kita tidak akan kuatir atau takut dalam perjalanan hidup ini karena dalam Yesus kita telah menjadi anak dan milik Allah.

BAHAN RENUNGAN

Di dalam kasih tidak ada ketakutan; kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan . . . . 

I Yohanes 4:18

Kasih itu berani bertanggung jawab dan menanggung resiko.


TEKUN BERBUAT BAIK

Seusai membaca bagian Alkitab hari ini kita mungkin teringat akan nasib Stefanus dan nasib umat beriman lain yang juga menderita aniaya atau dibunuh karena mereka telah mengikut Yesus. Namun yang senantiasa ditekankan adalah bahwa kita harus selalu berbuat baik di tengah-tengah derita. Kasih karunia yang telah kita terima mendorong kita untuk tidak membalas, dan membenci. Ada tiga alasan mengapa dianiaya dan dibenci:

Pertama, karena kita telah memilih menjadi pengikut Yesus, hal ini berarti bahwa kita memusuhi iblis yang penipu dan jahat itu. Dia akan selalu berusaha mematahkan hubungan kita dengan Yesus. Segala cara halal baginya.

Kedua, penderitaan memurnikan dan menguatkan iman, sama seperti api yang memurnikan emas, nyala api siksaan datang sebagai ujian (ayat 12). Anugerah atau kasih karunia Tuhan akan menguatkan kita agar kita dapat bertahan. Kita bahkan dapat bergembira dan bersukacita karena dianggap layak boleh menderita bagi Tuhan yang kita kasihi (ingat ceritera Ayub). Dengan kekuatan sendiri pasti kita tidak mampu bertahan. Di sini seakan-akan kasih karunia makin kuat bekerja dalam diri kita di tengah-tengah derita.

Akhirnya, penghakiman sudah dimulai dan kita tidak dikecualikan, namun kita semua diselamatkan, meski nyaris. Yang penting, jika kita saja nyaris, bagaimana dengan mereka yang tidak percaya yang fasik dan berdosa? (ayat 18). Pemilahan antara yang murni dan yang palsu terjadi. Apa cirinya? Mereka tekun berbuat baik di tengah-tengah derita dan aniaya. Ajaib, bukan? Yah, semua karena anugerah, kasih karunia Tuhan.

BAHAN RENUNGAN

Karena itu baiklah juga mereka yang harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia.

I Petrus 4:19

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed