Kasih adalah anugerah yang luar biasa dari Tuhan. Ketika seseorang mencintai kita, baik dalam keluarga, persahabatan, maupun hubungan khusus, hal itu bukanlah kebetulan. Dalam kasih yang tulus, kita bisa melihat cerminan kasih Kristus — kasih yang sabar, lembut, dan tidak menuntut balasan. Namun, bagaimana seorang Kristen seharusnya memaknai ketika dirinya dicintai oleh seseorang?
Kasih yang Sejati Berasal dari Tuhan
Firman Tuhan dalam 1 Yohanes 4:19 berkata, “Kita mengasihi karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.”
Ayat ini menegaskan bahwa setiap bentuk kasih yang kita terima dari orang lain berakar pada kasih Allah sendiri. Ketika seseorang mencintai kita, sesungguhnya Tuhan sedang menunjukkan betapa berharganya kita di mata-Nya.
Kasih manusia bisa berubah, tetapi kasih Tuhan tidak pernah pudar. Oleh karena itu, saat kita dicintai seseorang, sebaiknya kita tidak hanya berfokus pada perasaan senang atau diterima, tetapi juga merenungkan betapa besar kasih Tuhan yang telah lebih dahulu melingkupi hidup kita.
Tanggapan yang Benar Terhadap Kasih
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk merespons kasih dengan hati yang bersyukur dan penuh tanggung jawab. Kasih bukan sekadar emosi, melainkan panggilan untuk saling membangun dan menguatkan.
Efesus 5:2 mengingatkan, “Hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus telah mengasihi kamu.”
Artinya, ketika kita dicintai seseorang, kita pun diajak untuk memancarkan kasih itu kembali — bukan dengan pamrih, melainkan dengan ketulusan. Jangan biarkan kasih yang kita terima berhenti di diri sendiri, tetapi jadikan itu sarana untuk memuliakan Tuhan melalui sikap, perkataan, dan tindakan.
Kasih yang Memurnikan Hati
Sering kali, kasih manusia diuji oleh ego, kepentingan pribadi, dan rasa takut kehilangan. Namun, kasih yang bersumber dari Tuhan justru memurnikan hati.
Ketika seseorang mencintai kita dengan tulus, Tuhan sedang mengajar kita untuk menerima kasih tanpa kesombongan, dan belajar memberi kasih tanpa syarat.
Kasih sejati tidak membuat kita lupa diri, tetapi justru membawa kita semakin dekat kepada Sang Sumber Kasih. Dalam doa, kita bisa berkata:
“Tuhan, terima kasih karena melalui orang yang mencintai aku, Engkau menunjukkan betapa aku berharga di hadapan-Mu.”
Belajar Membedakan Kasih Dunia dan Kasih Kristus
Dunia sering memandang cinta sebagai perasaan romantis semata, tetapi Alkitab mengajarkan bahwa kasih adalah tindakan nyata.
Kasih Kristus ditunjukkan melalui pengorbanan — Ia rela menyerahkan diri-Nya demi keselamatan kita.
Maka, ketika seseorang mencintai kita, ujilah kasih itu dengan firman Tuhan:
-
Apakah kasih itu membawa kita semakin dekat kepada Tuhan?
-
Apakah kasih itu membuat kita bertumbuh dalam iman dan kebaikan?
-
Apakah kasih itu memuliakan nama Tuhan, bukan diri sendiri?
Jika jawabannya “ya,” maka itu adalah kasih yang diberkati dan disertai Tuhan.
Hidup dalam Kasih yang Diberkati
Kasih yang sejati tidak hanya dinikmati, tetapi juga dijaga dan dirawat dalam doa. Saat dicintai seseorang, jangan lupa untuk selalu menyerahkan hubungan itu kepada Tuhan.
Mintalah hikmat agar kasih yang ada tumbuh dengan sehat, jujur, dan penuh kasih karunia.
Roma 12:9 berkata, “Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.”
Kasih yang lahir dari iman akan membuat kita semakin kuat, sabar, dan rendah hati.
Penutup
Ketika dicintai seseorang, ingatlah bahwa itu adalah bagian dari karya kasih Tuhan dalam hidup kita. Terimalah kasih itu dengan hati yang bersyukur, hiduplah dalam kebenaran, dan biarkan kasih itu menjadi kesaksian nyata tentang kasih Kristus yang bekerja dalam diri kita.
Kasih bukan hanya tentang diterima, tetapi tentang belajar memberi seperti Yesus telah memberi segalanya bagi kita.
“Demikianlah mereka akan tahu bahwa kamu adalah murid-Ku, yaitu jika kamu saling mengasihi.” — Yohanes 13:35










Komentar