Ketika Kebaikan Tidak Dihargai
Setiap orang tentu ingin dihargai, apalagi ketika sudah berbuat baik kepada sesama. Namun kenyataannya, tidak semua kebaikan mendapat balasan yang sepadan. Ada kalanya niat tulus kita justru disalahpahami, bahkan dibalas dengan kekecewaan. Dalam momen seperti ini, hati terasa berat, dan muncul pertanyaan: “Mengapa aku yang berbuat baik malah disakiti?”
Sebagai orang percaya, kita perlu mengingat bahwa nilai kebaikan tidak diukur dari respon manusia, tetapi dari hati yang tulus di hadapan Tuhan. Firman Tuhan dalam Galatia 6:9 mengingatkan, “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.”
Teladan Yesus dalam Kebaikan yang Tidak Dihargai
Yesus sendiri mengalami ketidakadilan terbesar dalam sejarah manusia. Ia berkeliling berbuat baik — menyembuhkan orang sakit, memberi makan yang lapar, dan mengajar dengan kasih — tetapi banyak orang justru menolak, mengkhianati, bahkan menyalibkan-Nya.
Namun, Yesus tidak berhenti mengasihi. Di kayu salib, Ia tetap berdoa, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Lukas 23:34). Dari teladan ini kita belajar bahwa kebaikan sejati tidak bergantung pada penerimaan orang lain, tetapi pada kasih yang murni dari Allah di dalam hati kita.
Melihat Kebaikan dari Perspektif Tuhan
Ketika kebaikan kita tidak dihargai, Tuhan tidak menutup mata. Ia melihat setiap niat dan tindakan kecil yang lahir dari kasih. Mungkin dunia tidak memberi tepuk tangan, tapi surga mencatatnya dengan indah.
Matius 6:3-4 mengajarkan, “Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu, supaya sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi; maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
Kebaikan yang tulus tidak memerlukan sorotan atau pengakuan manusia. Tuhan sendiri yang akan memberikan upah terbaik pada waktu-Nya.
Mengatasi Luka karena Tidak Dihargai
Rasa sakit karena tidak dihargai sering kali membuat kita ingin berhenti berbuat baik. Namun, Tuhan memanggil kita untuk tetap menabur kasih tanpa syarat.
Berikut beberapa hal yang dapat membantu kita mengatasi kekecewaan tersebut:
-
Berserah kepada Tuhan. Sampaikan kekecewaan dan rasa sakit melalui doa. Biarkan Tuhan yang menyembuhkan hati yang terluka.
-
Ingat bahwa Tuhan adil. Ia tidak pernah melupakan perbuatan kasih sekecil apa pun (Ibrani 6:10).
-
Tetap lakukan kebaikan. Jangan biarkan respon orang lain mengubah karakter ilahi yang sudah Tuhan tanamkan di dalam diri kita.
-
Belajar mengampuni. Mengampuni bukan berarti melupakan, tetapi melepaskan beban agar hati kita kembali damai.
Upah Kebaikan dari Tuhan
Setiap kebaikan yang dilakukan dengan tulus akan berbuah pada waktunya. Tuhan tahu perjuangan kita, bahkan ketika tidak ada seorang pun yang memperhatikan.
Seperti biji yang ditanam di tanah, kebaikan mungkin tampak tersembunyi, tetapi kelak akan tumbuh menjadi pohon berkat bagi banyak orang. Tuhan tidak pernah lalai menepati janji-Nya — Ia akan memulihkan, menguatkan, dan memberi damai yang melampaui akal.
1 Petrus 5:6-7 berkata, “Rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”
Doa Saat Kebaikan Tidak Dihargai
Ya Tuhan,
Terima kasih karena Engkau mengenal isi hatiku.
Saat aku merasa lelah karena kebaikan tidak dihargai,
tolong aku untuk tetap berbuat baik dengan tulus, tanpa pamrih.
Ajari aku meneladani Yesus yang tetap mengasihi meski disakiti.
Pulihkan hatiku dan jadikan aku saluran kasih-Mu bagi sesama.
Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa, amin.
Penutup
Berbuat baik tanpa dihargai bukanlah kegagalan, melainkan ujian iman. Tuhan melihat setiap tindakan kasih dan menghargai ketulusan hati yang tidak terlihat manusia. Teruslah menabur kebaikan, sebab ketika waktunya tiba, Tuhan sendiri yang akan memberikan upah dengan cara yang lebih indah dari yang kita bayangkan.










Komentar